Kami semua sudah keluar dari destinasi wisata perbukitan yang terakhir yaitu bukit cinta 'watu prau' , aku menjanjikan pada mereka untuk makan siang setelah dari sana. Ya, aku memenuhinya, aku mengajak mereka ke sebuah warung makan di tengah kota yang bernama Nasi Tumpang Lethok Mbak Riyanti yang berada di Jl Mayor Kusmanto, Kelurahan Semangkak, Kecamatan Klaten Tengah.
Nasi tumpang lethok adalah salah satu jenis makanan tradisional khas Klaten yang berisi nasi putih, sayuran, telur rebus dan disiram dengan kuah sambal yang terbuat dari campuran tempe, cabai, santan dan bumbu-bumbu yang membuat sajian ini terasa sedap. Menu ini disajikan lengkap dengan koyor (suwiran daging sapi), telur rebus, krecek dan kurapan gudangan daun kates (daun pepaya), bayam, nangka muda serta daun jeruk.
Kami semua turun dari mobil dan juga segera masuk ke warung untuk menyegerakan duduk. Tapi, tidak dengan Jeno yang sejenak berhenti tepat di depan plank nama warung. Dan ia mencoba untuk membacanya.
"Ya! Hyung! Kau sedang apa?" tegur sang Magnae Jisang yang akan masuk ke warung.
"Membaca tulisan, na-si tumm-ppange le-tthuk? Begitu kan bacanya? Makanan apa ini?"
"Tanya saja pada Hayya Noona... Melihat gambarnya sepertinya enak! Ah, apa karena lapar?"
"Kau sudah lapar lagi?"
"Ah, Hyung! Bakso di perutku hanya bertahan 1 jam, apa lagi, destinasi terakhir benar-benar memakan tenaga! iya, aku sudah lapar lagi." jawabnya sambil mengelus perutnya dan beranjak masuk mengajak hyungnya.
Kini semuanya sudah masuk, dan duduk di tempatnya masing-masing. Oke, seperti biasa, aku menawarkan minuman satu persatu pada mereka dengan menu makanan nasi tumpang lethok dengan berbagai lauk, gorengan, dan krupuk menjadi menu utama.
Karena waktu sudah menunjukkan pukul 14.10 WIB, aku dan Nabila meminta izin pada member DCT untuk beribadah sholat dhuhur sebentar sambil menunggu pesanan datang, dan aku juga mengajak _security dan kedua sopir_ yang beragama Islam untuk sholat berjamaah.
Ketika kami yang sedang sholat, telah selesai dan kembali berkumpul. Hidangan pun sudah tersaji di meja masing-masing, mereka tidak langsung memakannya, malah asyik mengobrol.
"Kalian belum memulai makan? Kalian menunggu kami? Atau mungkin kalian sudah mencicipi dan rasanya tidak enak?" tanyaku dengan rasa penasaran.
"Kami menunggumu, mari kita berdoa bersama sebelum makan." jawab ChEn.
"Ah, iya... Ayo kita langsung makan saja! Perutku sudah sangat lapar!" Seru Jisang.