Memories of Her Body

Gunawan Wicaksono
Chapter #7

06

Nala mendapatkan nomor Cahya secara tak sengaja. Cahya ternyata merupakan teman Githa di klub Tari Tradisional. Nala mengetahuinya setelah Githa memposting sebuah foto dimana terdapat Cahya di dalamnya. Oleh karena itu, malam itu juga Nala meminta nomor Cahya dari Githa, dengan alasan ada adik kelasnya yang ingin bertanya-tanya tentang jurusan Kedokteran.

Malam itu juga, tanpa pikir panjang, Nala bercerita panjang lebar dengan Cahya. Percakapan mereka kemudian mengerucut menjadi satu titik. Nala ingin menjadi seperti Cahya. Ternyata, Cahya lebih baik dari yang Nala pikir. Setelah perempuan itu mendengarkan keluh kesah Nala, perempuan itu juga menjabarkan konsekuensi dan risiko jika Nala ingin menjadi seperti dirinya.

Sayangnya, Nala sudah sampai di satu keputusan. Nala ingin menjadi seperti Cahya.

Oleh sebab itu, disinilah ia berada. Di kamar kos Cahya yang cukup mewah untuk ukuran mahasiswi. Kosnya berukuran 4×4 meter, dengan kamar mandi dalam, dan AC. Jika dilihat dari fasilitas kamar kos ini, Nala bisa yakin bahwa harga sewa kamar kos ini berkali lipat lebih mahal dari harga sewa kos miliknya.

"Oke, jadi gini, sebelum lo jadi ayam kampus. Gue bakal kenalin lo sama Rahayu. Rahayu ini, kasarannya, mucikari. Dia yang nge-handle semua ayam kampus di universitas ini. Dia juga yang bakal ngasih job ke kita.

"Caranya gini. Gue bakal ngomong ke Rahayu kalo lo mau ikut. Terus Rahayu bakal minta nomor sama foto lo. Setelah itu, Rahayu bakal posting foto lo di salah satu akun sosmed dan yah, lo tinggal nunggu panggilan."

Nala menelan ludahnya. Dari penuturan Cahya, semuanya terasa mudah.

"Pertama, kita foto dulu. Tapi lo nggak bisa pake baju begini."

Nala menatap baju yang kini dikenakannya. Kaos polos dengan celana jeans pendek nyatanya belum cukup untuk menarik perhatian kaum adam. Cahya kemudian mendandani Nala secantik mungkin untuk selanjutnya melakukan sesi pemotretan. Sayangnya, dalam sesi foto itu, Nala tidak diperkenankan untuk berbusana.

Sehari berlalu semenjak Nala datang ke kamar kos Cahya dan melakukan sesi pemotretan itu. Sehari itu pula, hati Nala bergemuruh. Tidurnya tak pernah tenang. Darahnya mengalir dengan cepat. Ia cemas, takut, menyesal. Pikirannya berkecamuk. Bagaimana kalau ternyata tidak ada orang yang tertarik padanya? Bagaimana kalau memang ada? Apakah Nala yakin bisa melayani orang tersebut? Apa Nala harus melakukan ini? Atau ia mundur saja?

Lihat selengkapnya