Nala terbangun dengan mata berat dan badan yang sakit. Ketika ia membuka mata, ia melihat matahari sudah menyingsing lumayan tinggi. Membuat Nala harus menghalau cahaya matahari dengan tangannya agar tidak silau. Masih dalam posisi berbaring, Nala mencoba meraih ponselnya. Meraba-raba ranjang dan juga nakasnya. Namun, karena tak kunjung ditemukan, Nala akhirnya bangun dan beranjak dari tempat tidur.
Begitu ponselnya ditemukan, Nala mengecek pemberitahuan yang ada di sana. Sebuah notifikasi menarik perhatiannya.
Transfer sebesar Rp. 3.000.000 berhasil masuk ke rekening Anda pukul 04.50 WIB.
Samar-samar, Nala teringat. Selepas ia bermain dengan kliennya tadi malam, Nala langsung tidur. Tidur dengan rasa penyesalan yang bertumpuk. Ia bahkan tak menghiraukan kliennya yang merengek bak anak kecil yang ingin bermain bersamanya lagi. Hingga saat subuh tadi, kliennya mandi dan bersiap pergi.
Nala mengusap wajahnya pelan. Memijat pelipisnya meski kepalanya tidak pusing. Pikirannya saat ini sedang kalut. Antara benar atau tidak. Antara baik atau buruk. Semua ini terasa menyenangkan baginya. Nominal yang dikirimkan kliennya itu, bahkan melebihi gajinya di Toko Cik Wan selama sebulan. Ia bahkan tak perlu menjaga toko, mengecek barang, atau menyapu lantai. Ia hanya butuh berbaring, membiarkan kliennya menuntaskan pekerjaannya, lantas uang tersebut akan muncul di rekeningnya.
Perihal salah? Dosa? Entahlah, Nala mulai tidak memedulikannya. Tubuhnya yang sudah rusak, tidak suci, rasanya memang sudah menjadi biang kesalahan sejak dahulu. Buat apa dirinya berlagak suci. Membicarakan salah dan dosa. Yang terpenting saat ini, ia bisa mendapatkan uang dengan mudah.
Nala kemudian berjalan menuju kamar mandi, membasuh tubuhnya dengan guyuran air shower. Merasakan setiap tubuhnya dialiri air, dibasuh, dibersihkan. Meskipun ia tahu betul dosa dan kesalahannya tak akan luntur meski tubuhnya diguyur air seharian.