Tak sampai sepuluh menit, Mina sudah tiba di lantai enam. Ia langsung menuju ruang penyimpanan barang khusus bagi perawat. Setelah menemukan loker dengan nomor yang sama dengan kunci yang tadi diberikan kepala perawat kepadanya, Mina langsung membuka lokernya dan menyimpan bekal makanan yang tidak sempat dimakannya, tadi.
Mata Mina langsung melebar, tatkala melihat sebungkus biskuit gandum miliknya masih utuh, ada di dalam tas bekal.
Itu artinya, biskuit yang aku makan tadi, punya laki-laki di kafetaria? Bukan malah sebaliknya.
Mina menepuk keningnya pelan. “Ya Tuhan … apa yang sudah aku lakukan? Kenapa aku bisa seceroboh itu?”
Mina memandangi biskuit gandum dengan perasaan penuh penyesalan. Ia merasa sangat bersalah. Laki-laki itu rela berbagi biskuit dengannya dan tanpa sedikit pun merasa terganggu olehnya.
Apa yang sudah aku lakukan?
Aku sudah memakan biskuit-nya, tapi malah aku pula yang menuduhnya makan biskuit tanpa izin.
“Aku harus meminta maaf,” putus Mina akhirnya.
“Tapi … ke mana aku harus mencari laki-laki itu?”
“Apakah besok, dia akan duduk di meja yang sama lagi?”
Mina berjalan mondar-mandir di depan loker. Ia benar-benar merasa tak enak kepada laki-laki itu.
Ya Allah, ampuni aku yang sudah berprasangka buruk kepadanya.
“Excuse me, apakah kamu perawat pindahan dari lantai satu?”
Mina menoleh dan melihat seorang perempuan muda berwajah asia, berperawakan kecil dengan tinggi badan yang kurang lebih sama dengannya.
“Helo… are you, oke?” Perempuan itu melambaikan tangannya di depan wajah Mina yang masih terpaku.
“Emm, sorry.” Mina tersadar kemudian tersenyum malu.
“Kalau dilihat dari wajah dan penampilanmu, sepertinya kita serumpun,” kata perempuan itu sambil memindai Mina. “Dari mana asalmu?” Perempuan berseragam OKA berwarna hijau itu kemudian duduk di bangku panjang yang ada di tengah-tengah ruangan.
Mina mendekati perempuan itu dan ikut duduk di sampingnya. “Perkenalkan, nama saya Aminah Khairunnisa. Saya berasal dari Indonesia.” Mina menghulurkan tangan lalu disambut oleh si perempuan berseragam OKA yang memperkenalkan dirinya sebagai Nurliza yang berasal dari Malaysia.
Karena merasa dari rumpun yang sama, keduanya langsung terlibat pembicaraan yang akrab. Tiba-tiba perut Mina berbunyi pelan, gadis itu baru teringat kalau ia belum makan siang.