“Hei! Tunggu dulu!” terdengar suara rendah orang di belakangnya dan Mina merasa tangan kanannya ditarik.
Mina semakin panik. Entah, dari mana datang keberanian itu, ia kemudian berputar ke belakang dan mengayunkan tasnya ke arah orang yang mengikutinya. Pukulan Mina berhasil mengenai sisi tubuh orang tersebut. Gadis itu terus memukul, hingga terdengar suara orang itu mengaduh kesakitan.
“Aduh! Tunggu sebentar … tolong hentikan! Jangan panik! Ini aku. Ini aku!
Mina seperti mengenal suara itu. Ia lalu menghentikan pukulannya.
Laki-laki itu mulai menurunkan kedua tangan yang sejak tadi menutupi wajahnya—sebagai perlindungan diri. Mata Mina melebar, saat wajah laki-laki itu terlihat dengan jelas. Mina terpaku di tempatnya. Tidak bergerak.
Laki-laki itu tersenyum lebar. “Apa kau, sudah tidak mengenaliku lagi?”
“Apakah Anda … Dokter Hyun?” tanya Mina memastikan. Ia memandang orang itu saksama.
“Astaga, saya kira orang yang mengikuti saya di belakang tadi adalah orang jahat.” Mina menarik napas lega. Rasa takut di hatinya mulai mereda.
“Kenapa Dokter bisa ada di sini?” tanya Mina heran.
Hyun tidak langsung menjawab. Pria itu terlihat sedang memikirkan sebuah alasan. “Hmm … aku, aku ….” Hyun bingung harus memberikan alasan apa? Sedangkan, ia tidak pandai untuk berbohong.
Mina memandang Hyun dengan tatapan menyelidik dan itu membuat Hyun kikuk.
“Dan kenapa Dokter mengikuti saya dari belakang?” tanya Mina lagi.
Hyun semakin salah tingkah.
“Karena … karena kau tidak mau diantar. Jadi aku memutuskan untuk mengikutimu,” kata Hyun akhirnya memilih untuk berkata jujur.
Kening Mina berkerut tidak mengerti. “Kenapa?”
“Aku ingin memastikan kau baik-baik saja dan sampai di tempatmu dengan selamat.” Hyun memalingkan wajah. Ia merasa, tatapan ingin tahu Mina telah membuat wajahnya berubah warna.
“Oh….” Mina mengangguk-angguk, tapi sebenarnya Mina merasa bingung, kenapa dokter Hyun melakukan semua itu terhadapnya. Apakah dia memperlakukan hal yang sama kepada rekan satu tim-nya yang lain?
“Hmm … jadi, kau tinggal di sini?” tanya Hyun sambil mendongak menatap gedung tiga lantai di depannya.
“Ya,” jawab Mina dengan nada rendah.