Sudut Pandang Widuri
Pernahkah kalian merasakan payah dan lelah bertahan pada jalan yang kalian pilih? Pernahkan kalian merasa bahwa jalan yang kalian pilih adalah jalan yang salah? Mungkin itu yang sedang aku rasakan. Aku telah memilih sebuah kehidupan—yang mana untuk kedua kalinya, aku menyisihkan dia. Aku pikir, jalan ini akan memperpanjang masaku untuk dapat bertemu lagi dengannya. Tapi, ternyata dia benar-benar hilang dan pergi. Persis seperti apa yang sering aku lakukan padanya selama belasan tahun. Ah, sesakit ini ternyata rasanya.
Mengapa hidup ini menjadi semakin berat untuk dijalani? Apakah karena aku sudah kehabisan tempat untuk bersembunyi? Atau justru kini aku yang ingin pergi untuk menemukannya? Ya, aku ingin menemukan dia. Aku ingin menuntaskan banyak pertanyaan yang selama ini menganggu tidurku. Pertanyaan yang tak pernah bertemu dengan jawaban. Persis seperti ketika aku memutuskan pergi dan menghilang. Aku bahkan tak pernah mempersilahkannya bertanya, “mengapa aku harus pergi?”. Sebegitu pengecut dan tak beraninya-kah aku? Sehingga aku mengorbankan seseorang yang justru selalu ada menjadi tempatku berteduh.
“Wid, semua berbahagia atas pernikahanmu. Semoga bahagia benar-benar menjadi hak seorang Widuri yang baik hati.” aku tersenyum kecil untuknya, untuk Aditya Bima yang dengan terpaksa harus tersisih kedua kalinya.
“Terimakasih, terimakasih karena kamu turut berbahagia atas pilihan ini!” dia menatapku dengan senyumannya yang khas.