Menanti Hujan Teduh

Isti Anindya
Chapter #44

43W (Sudut Pandang Widuri)

Besok adalah hari itu. Hari untuk kami membuktikan apakah takdir memang benar-benar berpihak pada kami atau tidak? Keluargaku dan keluarga Adit telah mempersiapkan pernikahan ini—semuanya nyaris sempurna. Resort yang mereka reservasi juga sudah menyiapkan apa yang kami butuhkan besok. Keluarga Aditpun mulai berdatangan. Termasuk Manda dan keluarganya, serta Pram dan Wimala. Mereka telah datang dari London dan langsung menginap di resort tempat acara. Sedangkan aku, memilih nanti malam untuk menyusul bergabung bersama mereka. Karena masih banyak yang harus aku bereskan di rumah.

“Non, Mas Ihsan sama Mbak Dinda sudah sampai!” ujar Lek Narni mengetok pintu kamar.

“Iya Lek, sebentar lagi aku keluar,” aku segera bergegas mengambil beberapa perlengkapan yang akan aku titip pada Ihsan dan Dinda.

“Dinda, anak-anak tidak jadi ikut?” tanyaku menyapa mereka di ruang tamu.

“Tidak teh, mereka ada kegiatan sekolah besok dan akan ditemani sama eyang putri dan kakung mereka insya Allah. Teteh nggak ikut sekalian sekarang ke resort nih?” tanya Dinda sambil memberikan pelukan hangat.

“Nanti deh, aku menyusul sekitar jam empat sore ini. Sekarang aku titip ini ke kalian, tolong bawakan beberapa barang yang tertinggal ini ya? Karena jam dua nanti aku ada keperluan sedikit, oke? Kita akan bertemu di sana insya Allah. Oh ya nanti tanya saja ke resepsionis, kamarku nomor berapa atau kalau ada kepala tim wedding organizernya, bisa titipkan ke mereka. Dan kamar untuk kalian sudah disiapkan juga. So, enjoy Jogja ya!” aku memeluk Dinda sekali lagi. Mereka lalu pergi membawa titipanku. Sedangkan aku memilih untuk bersiap-siap pergi ke rumah sakit.

Prof Kunto kemarin menelpon dan memintaku hari ini untuk menemui rekan beliau yang bernama Prof Irfan di rumah sakit. Karena Prof Irfan akan pergi selama dua minggu ke depan dan hanya memiliki waktu jam 2 siang ini sebelum flight ke luar negeri. Obat-obatanku mulai habis dan aku memang harus bertemu beliau untuk memperpanjang resep. Aku sengaja tidak memberi tahu Adit, karena aku takut jika dia khawatir karena besok adalah hari bahagia kami. Semua harus aku pastikan berjalan sesuai rencana. Karena besok adalah hari yang akan membuat kami harus lebih bahagia ke depannya menjalani hidup.

---

Rumah Sakit JIH, Yogyakarta

        

“Ibu Widuri Elok Rembulan?” tanya seorang perawat menyapaku yang tengah duduk di depan ruang praktik Prof Irfan.

Lihat selengkapnya