Menanti Kejora

Mai Yoru
Chapter #2

Persimpangan Rasa

Pagi menjelang membiaskan sinarnya yang terang. Dari balik jendela kamarnya, Alya menatap sendu permadani biru itu. Dengan kedua tangan memeluk lutut, gadis itu memikirkan kemelut yang kian semrawut yang mengacak-acak setiap sel syaraf di otaknya. Dinginnya udara pagi tersamarkan oleh panasnya api yang membakar pikirannya. Dunia terus berputar, namun hidupnya seolah berhenti di satu titik, seperti arloji yang kehilangan detaknya. Alya tak mengerti, dunia luar yang begitu keras membuatnya berpikir dua kali. Apa yang seharusnya kulakukan saat ini? Gumam Alya. Melamun sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Tak ada hal lain yang bisa dilakukan nya kecuali hanya berpikir.

Suara notifikasi dari ponsel pintarnya membuat Alya mendesah pelan. Dengan enggan, ia membuka e-mail dari beberapa lowongan kerja yang sempat di lamarnya. Lagi-lagi, semua berakhir dengan penolakan. Hampir semua pekerjaan yang dilamar nya menyatakan syarat "minimal S1" atau "pengalaman kerja minimal dua tahun" dan berbagai macam persyaratan lain. Dengan satu tarikan napas, ia mematikan ponselnya dan melemparnya asal ke tempat tidur. Bagaimana mungkin mereka membuat peraturan semacam ini, sedangkan tidak semua orang berkesempatan mengenyam S1, apalagi pengalaman kerja dua tahun! Yang benar saja! Jika keadaan ini terus berlanjut, masyarakat menengah ke bawah tidak akan pernah merasakan kehidupan yang lebih sejahtera. Keadaan ini membuat nya merasa terombang-ambing, pilihan antara keinginan untuk terus berjuang atau menyerah pada kenyataan yang tak sesuai harapan. Bertahan diatas kerasnya hidup yang kompetitif ini membuat Alya kian terpuruk. "Duh, capek banget si hidup, pengen mati aja gue! " keluh Alya.

"Alya, sudah pagi! Jangan males-malesan dikamar terus! Perempuan itu kalo udah gede harus ngerti kerjaan rumah, nggak cuma rebahan sambil mainan HP, cepat keluar atau Mama kunci sekalian nih? " suara sang Mama menembus kamar Alya, membuatnya kembali tersadar akan realita.

"Alyaaa! Mau sampai kapan kamu rebahan di kamar? Ayo Mama hitung, sampai tiga... Kalo nggak keluar.... "

"I.. Iya Ma, sebentar. Iya Alya keluar nih" sahut Alya sambil terpontang panting merapikan rambutnya yang acak-acakan. "Duh, jedai gue kemana lagi pakek ilang segala! "

"Widih.... Anak gadis nya Mama udah bangun nih, tumben biasanya juga zuhur baru keluar dari kandang!" Celetuk Sarah sambil melahap nasi goreng nya. Dengan memasang wajah cemberut, Alya memelototi adiknya. "Bisa diem gak sih, pagi-pagi udah ngajakin ribut aja! " sahut Alya jutek.

"Biarin wle! Eh, btw gimana nih kelanjutan nya sama si 'itu'?" Alya mengerutkan kening.

"Maksud lo apa sih? Gue nggak ngerti. "

"Yaelah kak, yang itu lohh, yang waktu itu Mama kasih tau fotonya ke kakak, masa lupa sih? "

"Foto yang mana? Nggak inget sumpah! Lo kalo ngomong yang jelas kek, jangan setengah-setengah. "

"Masa nggak tahu sih, dah lah capek gue. "

"Ya.. Lagian lo juga ngomongnya ita-itu mulu, ya nggak ngertilah gue. "

"Ini pada ngomongin apa sih ribut-ribut? " tanya sang Mama yang baru bergabung ke meja makan.

"Itu loh Ma, cowok yang mau mama kenalin ke kakak " jawab Najwa yang sedari tadi menyimak perdebatan antara kakak dan adiknya itu.

"Oh... Kenapa memangnya kak? Kakak mau ya? "

"Apaan sih Ma, kenal aja nggak."

"Makanya move on dong, udah jadi suami orang juga masih dipikirin aja! " Sarah menimpali.

"Ish, apa sih lo nggak ada kabel juga nyaut, sok asik lo! " seru Alya tak terima.

"Ish, dari pada elo perawan tua pengangguran, kerjaannya cuma main HP sama rebahan. Dasar beban! "

"Enak aja! Gue nggak gitu ya, gini-gini juga gue berusaha nyari kerja tau! "

"Udah-udah jangan ribut, abisin makanannya " ucap Mama melerai kedua putri sulung dan bungsunya itu, sementara Najwa hanya geleng-geleng kepala melihat adegan panas yang baru saja terjadi. Alya yang masih emosi memelototi Sarah yang dibalas dengan senyum mengejek nya. Tiba-tiba saja, Bik Sumi menginterupsi kegiatan sarapan mereka. "Ada apa Bik?" tanya Mama lembut. "Maaf Nyonya, ada tamu. "

"Tamu? Siapa bik? "

"Katanya temen non Alya. "

"Temen kamu Al? Cewek apa cowok? " tanya Mama pada Alya, sementara yang ditanya hanya menatap bingung.

"Cowok nyonya " Bik Sumi menyahut. Suasana tegang kini melingkupi ruang makan yang hangat itu. Sementara Alya yang baru sadar akan sesuatu mendesah pelan. Oh iya! Astaga, semalem kan Deva bilang mau kerumah. Duh, gimana nih! Sarah yang melihat wajah panik Alya menatap nya sambil menyeringai, kena lo!

Lihat selengkapnya