Sejak kepala negara diganti serta Pemimpin Kantor Pusat Keamanan dan Militer berubah, peraturan baru telah disahkan dan berlaku. Salah satu aturan dalam undang-undang yang berlaku saat ini adalah larangan memperkerjakan anak-anak di bawah usia tujuh belas tahun. Jika melanggar, orang tua atau bagian yang terkait akan mendapatkan hukuman.
Negara ini tidak bisa dimasukkan dalam daftar miskin atau paling kaya di jajarannya. Namun, sejak peraturan baru berlaku, masih ada yang memperkerjakan anak sekolah dengan berbagai alasan, seperti masalah ekonomi yang buruk. Untuk mengatasi hal itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk membiayai kebutuhan sekolah anak-anak kurang mampu. Tuntutan di lapangan kerja membuat banyak hal di sektor pendidikan menjadi ketat.
Kepala negara telah mengeluarkan kebijakannya dan Kepala Kantor Pusat Keamanan adalah orang yang patuh sampai ke tulang. Ketika mengetahui ada anggota berusia di bawah tujuh belas di kantornya, Yang Mulia Raja Agung itu langsung mengambil tindakan. Dia menyita lencana keanggotaan An yang saat itu baru berusia enam belas dan benar-benar menendangnya keluar dari kantor.
An tidak dipecat. Mengikuti undang-undang yang berlaku, Yang Mulia Kaisar Agung akan menerimanya kembali secara resmi ketika berusia tujuh belas. Selama itu, An menjadi anggota tidak terhitung dan masuk dalam cadangan.
Nolan mengetahui hal ini dan Venn tidak akan membiarkan An bekerja bersama mereka.
Ketika ulang tahun An lewat satu hari, Nolan dengan bersemangat datang lagi dan membawa serta lencana keanggotaan An. Lencana itu dirampok dari Yang Mulia Kaisar Agung di Kantor Pusat Keamanan dan Militer setelah beberapa perdebatan. Pemimpin tertinggi mereka masih sempat berencana untuk menahan lencana An selama satu tahun, tetapi digagalkan oleh Nolan.
An tidak tahu harus berterima kasih atau merasa sial karena wanita ini. Pada akhirnya, dia juga ingin terlibat dalam kasus yang sudah berjalan beberapa tahun terakhir.
"Tiga bulan terakhir, kasus kematian meningkat. Juga, orang-orang yang mengunjungi Menara Pemakaman bertambah. Rumor bahwa La Dev dikutuk menyebar cepat. Kematian, rumor kutukan, dan Menara Pemakaman saling berkaitan. Dengan rumor, semakin banyak orang mengunjungi Menara Pemakaman dan semakin banyak pula kematian. Aku berpikir demikian saat ini." An berkata setelah menutup toko pada pukul sepuluh malam.
Pemuda yang kehilangan satu jatah usianya itu duduk di hadapan Nolan.
"Apa yang kau dapatkan selama tiga bulan? Jangan katakan kau hanya menunggu ulang tahunku hingga menjadi pemandangan kurang sedap di Semilir Angin? Aku tidak mau menjadi bagian dari kelompok yang suka bermalas-malasan." An menatap pihak yang membuat nyaman diri sendiri.
Nolan merokok dan mengangkat kaki ke meja. Kebiasaan buruknya telah mengakar sampai ke tulang. Dengan fakta An lebih muda darinya, dia tidak begitu peduli. Hanya sesekali dia akan mengamati air wajah An. Nolan khawatir asap rokok akan membuat pemuda itu melemparnya ke luar dari toko.
"Aku hanya menyelidiki latar keanggotaanmu di kantor. Kau menjadi anggota termuda di sana dengan posisi yang bagus. Aku pikir, orang yang suka mengomel itu berhasil mengumpulkan banyak bakat. Tidak heran jika dirinya mematok standar tinggi kepada orang lain." Nolan menjawab, lalu menurunkan kaki.
"Tercatat, tiga orang mati dalam tiga bulan ini di La Dev. Satu karena penyakit, dua bunuh diri. Semuanya pernah datang ke tokomu. Kau pasti menyimpan wajah mereka di kepalamu," lanjutnya saat memandang An dengan serius