Nolan hanya memeriksa tubuh luar mayat, tetapi tidak dengan yang lain. Dia juga tidak mengizinkan dokter menyentuh korban ini karena satu alasan: ingin melihat kemampuan sejati An. Intinya, dia tidak percaya jika An, pemuda tujuh belas tahun itu, memiliki kemampuan yang seperti dirumorkan oleh pimpinan mereka.
Namun, ketika melihat emas yang dikeluarkan An dari mulut mayat dengan tangan sendiri, Nolan tersenyum penuh minat.
Dalam satu generasi, selalu ada bakat luar biasa yang lahir. Tiba-tiba, Nolan menerima pemikiran ini.
"Menelan emas sebenar ini cukup membuat kematian yang menyiksa, tetapi wajahnya tidak menunjukkan penderitaan sama sekali. Dia telah menelannya. Jika diperiksa lebih lanjut, lambung dan usus rusaknya bisa saja penuh dengan emas. Kemungkinan, dia melakukannya secara suka rela atau sengaja. Pertanyaan selanjutnya adalah siapa yang membuang mayatnya ke sumur?" An berkata saat meletakkan emas dengan tepian tajam di meja.
Nolan mengeluarkan tisu dan sebotol kecil antiseptik, lalu menyerahkannya kepada An. Pemuda berkulit putih itu tidak menolaknya dan langsung membersihkan tangan.
"Bagaimana dengan alasannya menelan emas?" Nolan bertanya, kemudian mengirim tiga pesan secara berturut-turut ke kontak yang berbeda.
"Dia mengunjungi Menara Pemakaman. Di sana alasannya." An menghela napas. "Kau tidak mempermudah penyelidikan ini dengan membiarkan mayat tanpa diperiksa selama tiga hari. Apa alasanmu? Ingin mengujiku?"
Nolan mengangkat bahu, tersenyum, kemudian mengibaskan tangan secara sembarangan. Maksudnya, lupakan saja karena An sudah menebak dengan tepat.
"Mereka sudah di luar. Semoga tugas yang aku berikan dikerjakan dengan hasil memuaskan." Nolan keluar dan membukakan pintu untuk An.
Wanita itu seperti bodyguard yang melayani tuan muda dari keluarga terhormat. Dia merasa bersalah dan hanya menunjukkan sedikit permintaan maaf dengan senyum juga perlakuan baik.
An tidak punya waktu mempermasalahkan orang ini dan keluar dari kamar mayat yang dingin. Dia mencuci tangan sebanyak tujuh kali di luar dengan sabun dan antiseptik. Nolan hanya melihatnya dan berpikir pemuda ini benar-benar mencintai kebersihan.
Korban yang mati bunuh diri masih berada di tangan polisi. Beberapa keluarga yang masih punya hati datang dengan permintaan. Pihak rumah sakit memberitahu hal ini kepada Nolan. Atas perintah An, Nolan akhirnya melepas mayat setelah mereka keluar dari rumah sakit.
Kedua polisi dengan usia terpaut sebelas tahun itu—Nolan dan An—tidak langsung kembali ke Semilir Angin. Mereka menuju tempat parkir dan disambut tiga pria dengan gaya dan tinggi berbeda-beda.