A. Bayang-bayang Masa Lalu
Pribadi kita hari ini terbentuk dari apa yang kita lakukan di masa lalu. Bicara tentang masa lalu, saat ini, ada begitu banyak orang yang tak bisa menerima keadaanya dan terus bertolok ukur pada masa lalunya, beranggapan bahwa masa lalu adalah yang terbaik dan tak tergantikan.
Di sisi lain, banyak pula orang yang justru menjadikan masa lalu sebagai media introspeksi diri. Orang-orang seperti ini, biasanya tersadari bahwa banyak hal yang dulu ia tanggapi atau selesaikan dengan cara yang salah. Bahkan, tak sedikit pula yang berangan memiliki mesin waktu, kembali pada masa lalu, dan mengubah segala yang menurutnya salah ia tangani, hingga pada masa mendatang ia tak memiliki penyesalan apa pun.
Tapi apa daya, kembali ke masa lalu itu mustahil. Sekeras apa pun kita berteriak dan meminta tolong kepada Allah, hal itu tetap tidak dapat terjadi. Bahkan, Allah pun telah menjelaskan dalam firman-Nya bahwa manusia itu sering berada dalam kerugian karena tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik–baiknya.
Oleh sebab itu, tidaklah baik menggantungkan masa yang kini kau jalani karena terikat dengan masa lalu. Kita seharusnya bersyukur jika dapat mengetahui kesalahan kita, sebab, melalui itu, kita dapat belajar menjadi lebih baik. Selain itu, menyesali masa lalu juga dapat diartikan sebagai berhasilnya kita menjadi dewasa, sebab tak sedikit orang yang tak dapat mendeteksi kesalahannya sendiri loh.
Tidak fokus di satu titik, setiap orang memiliki trauma masa lalu yang berbeda. Sebagian besar di antaranya, yaitu:
aku takut ia mengetahui masa laluku
Seorang yang memiliki masa lalu yang suram, rentan memiliki trauma atau rasa takut yang luar biasa untuk menghadapi masa depan, terutama pernikahan. Berikut kisah true story seorang perempuan yang berhasil move on dari masa lalunya yang suram.
Sebut saja namanya Duri (bukan nama sebenarnya), seorang perempuan yang masih kuliah tingkat akhir tengah berpacaran dengan teman pria sekelasnya. Jalinan asmara yang dilalui dengan kekasihnya ternyata menyeretnya pada lubang kehancuran. Cinta buta membuatnya melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, yaitu zina.
Dia mengira setelah kehormatannya direnggut, laki– laki itu akan setia dan menikahinya. Ternyata, realita berlainan dengan harapannya. Janji–janji manis yang diucapkan oleh pria itu ternyata palsu. Ia justru memilih wanita lain dan meninggalkannya. Perbuatan zina itu memang tidak selalu berakhir dengan pihak perempuan hamil. Meskipun begitu, tetap saja, ia sudah kehilangan sesuatu yang amat penting dalam hidupnya, sesuatu yang seharusnya hanya diberikan kepada laki-laki yang kelak menjadi suaminya.
Bersedih & Menyesal,
Dunia terasa runtuh dan
kehilangan semangat hidup.
Duri berharap bahwa semua yang telah terjadi hanyalah mimpi buruk belaka dan ia akan kembali terbangun dalam kondisi baik-baik saja. Namun apa daya, semuanya yang menimpanya adalah kenyataan. Ia tak dapat mengulang waktu dan mengubah putusannya saat itu.
Saat ini yang tersisa hanya ketakutan dan trauma. Trauma untuk jatuh cinta lagi dan memercayai seorang laki-laki yang sungguh-sungguh akan menikahinya. Ia khawatir jika kelak tidak akan ada lagi yang berkenan untuk menikahinya. Ia takut, jika laki-laki yang bisa jadi akan menjadi pendamping hidupnya tahu bahwa ia sudah tidak perawan, hingga akhirnya menolak dan meninggalkannya.
Berdamai dengan masa lalu atau kesalahan yang menyisakan penyesalan seumur hidup memang tidak mudah. Semua butuh keberanian dan kesungguhan, hal itu pula yang dirasakan oleh Duri. Harapannya hancur, hanya menyisakan pilu dan kesedihan yang mendalam. Rasanya ingin mengadu, tapi bingung harus kepada siapa. Di lain sisi, beban itu terasa berat jika harus ditanggung seorang diri. Jika mengadu kepada orangtua, rasanya tidak sanggup, pasti hanya akan menyisakan luka dan kecewa di dalam hati mereka.