B. Patah Hati
Seorang penyair di zamannya pernah berkata, “Dunia takkan terasa indah tanpa adanya cinta. Adakah nikmat dirasa oleh orang yang tidak mencinta?” Kehadiran cinta memang membuat hidup ini jauh lebih indah. Tapi, pernahkah kita berpikir jika kita hidup di dunia ini tanpa cinta? Tentu hampa.
Cinta itu dahsyat, lebih dahsyat dari bom atom sekali pun. Pesonanya mampu membius milyaran hati manusia, ketika kita mulai menyadari kehadirannya dalam sanubari. Diam-diam fokus dan konsentrasi kita mulai tercuri, sering kali tanpa sengaja, kita tak luput menyebutkan nama seseorang itu berulang-ulang.
Awalnya, mungkin kita menolak mengakui segalanya. Selain karena takut menjadi bahan pembicaraan tak berkesudahan, “pengakuan” juga dapat membuat sese-orang yang kita kagumi tersebut memperlakukan kita dengan berbeda atau justru kita sendiri yang kesulitan. Sebenarnya, itu dapat terjadi karena adanya beberapa hormon dalam diri manusia yang aktif saat kita jatuh cinta, di antaranya adrenalin (menyebabkan gugup saat bertemu), dopamin (menyebabkan tidak nafsu makan dan susah tidur), serotonin (selalu teringat dia), oksitosin (rasa semakin terikat terlebih kalau sudah ada kontak fisik, misalnya berpegangan tangan), dan vasopressin (menjadi posesif).
Sejak cinta bersemi di hati, dunia terasa begitu berbeda, membuat kita yang sebelumnya cuek terhadap penampilan diri sendiri, perlahan, mulai betah berlama-lama di depan cermin. Selalu ingin menjadi yang sosok terbaik di setiap pertemuan. Tak peduli di luar sana matahari terik atau cuaca tiba-tiba menjadi hujan deras, yang terpenting tujuan hati tetap kokoh berdiri hanya untuk bertemu dengannya.
Ah, bahkan terkadang faktafakta kecil tentangnya dapat begitu menarik di mata kita, menambah rasa kagum yang tak berujung. Bahkan, hanya dengan mengingatnya pun, itu sudah lebih dari cukup untuk membuat kita tersenyum kala sendirian. Sampai akhirnya, kita telah lupa akan kosongnya hati yang selama ini kita rasakan, semua seolah hilang, tergantikan perasaan lain yang membuncah. Bahkan, terkadang logika menjadi nomor kesekian. Salahkah itu?
Sama sekali tidak. Cinta itu fitrah bagi manusia. Hanya tinggal bagaimana kita merawat rasa itu agar tak memberi dampak buruk bagi masa depan, sebab jalan kita masih panjang. Rasulullah Saw. pun pernah bersabda, “Roh-roh adalah laksana pasukan yang sedang dikerahkan. Maka sejauh mana mereka saling mengenal, sejauh itu pula mereka akan saling bersatu. Dan sejauh mana mereka tidak saling mengenal, sejauh itu pula mereka akan saling berselisih.” (HR Bukhari, Muslim, dan Abu Daud.)
Itulah alasan menurut agama mengapa kita bisa jatuh cinta pada seseorang. Bisa jadi diawali dengan persamaan sifat, hobi, berada di lokasi yang lama pada waktu yang lama, satu komunitas, atau hanya karena pertemuan di sebuah perjalanan. Ya, cinta bisa hadir kapan saja, ia sulit diprediksi. Oleh sebab itu, tidak sedikit orang yang berpendapat bahwa jatuh cinta adalah sebuah penyakit.
Jatuh cinta sendiri, memang tanpa sadar dapat membuat waktu dan perhatian kita tersita. Lebih dahsyatnya lagi, jatuh cinta bisa juga mengubah seseorang. Ya, umumnya, seseorang yang sedang jatuh cinta mudah sekali terbaca, ia akan menunjukkan gelagat yang berbeda. Meskipun ia menampiknya, kita sebagai orang luar akan dapat membaca hanya dengan melihatnya saja.
Tapi tidak sedikit pula loh yang baru menyadari perasaannya, saat seseorang yang ia sukai itu pergi dari hidupnya. Alasan mengapa selama ini ia tidak menyadarinya, bisa jadi karena seseorang itu selalu berada di sisinya, jadi ia tak pernah membayangkan bagaimana jika seseorang tersebut benar-benar meninggalkannya. Jadi, pada intinya, jatuh cinta itu beragam jenisnya dan semua itu bergantung dari sifat personal masing-masing orang.
Ya Allah, rupanya aku telah jatuh cinta. Namun, kisahku tak seindah cerita dalam film ataupun novel yang pernah kubaca. Bahkan, rasanya terlalu buruk, sebab ketika aku jatuh hati pada seseorang di saat yang sama, ada pula orang lain yang juga dalam diamnya mencintaiku. Seolah kami seperti bentuk ruang segitiga, entah itu sama kaki atau sama sisi.
Cinta tak pernah salah, ia hadir menyemai setiap hati manusia karena merupakan fitrah dari-Nya. Kejutan dari sebuah rasa bernama cinta juga tak selalu indah seperti dalam ekspektasi. Terkadang, ia harus melewati masamasa sulit, persis seperti mengumpulkan kepingan puzzle yang tercecer menjadi satu. Ya, semuanya membutuhkan waktu yang tepat, meskipun pada akhirnya, Allah-lah yang menetapkan hatimu akan berlabuh ke mana.