MENCAPAI PIAGAM

noviadewi
Chapter #4

FITNAH

Cepat cerita Novia telah kelas tiga, yang menakutkan dia satu kelas dengan Depa, itu mimpi buruk yang jadi nyata. Hampir setiap hari Novia di buli oleh Depa, ini cara balas dendam Depa atas dirinya yang tidak naik kelas, oleh perlakuan buruk pada Novia sebelumnya, karena stress Novia sering kali sakit, namun nilai belajarnya tidak menurun. Itu belum yang terburuk, fitnah ini yang membuat penilaian baik terhadap Novia berubah seratus delapan puluh derajat, orang-orang membencinya. Waktu itu adalah kegiatan akhir semester satu, kebanyakan para murid bermain, saat itu Novia main lompat tali bersama beberapa temanya, tidak sengaja terpeleset dan membentur tembok, itu membuatnya pusing. Setelah merasa lebih baik Novia duduk, pada bangku panjang didalam kelas, tidak lama setelah itu terdengar suara tangis yang keras oleh salah satu adik kelas dua laki-laki, yang bertubuh agak gemuk. Novia menoleh arah itu, murid yang dekat dengan adik kelas dua itu menjauh, sambil meraung kesakitan telujuk dipegang, Novia memperhatiakan seksama dari tempat duduknya.

Novia menatap seksama, dalam batin. “Ini kan Demok alias Warsadi, anaknya pak Kadek Sudiana.“

Muncul niatan baik Novia membantu Warsadi, lalu mengajaknya kekantor untuk mendapat pertolongan, sampai disana salah satu guru, memeriksa keadaan Warsadi, guru itu terkejut.

Guru lelaki berpakain Endek terkejut. “Telunjuknya patah.“

Sri Murni beranjak dari tempat duduk, tatapan jahatnya terlihat, melangkah cepat kearah Novia.

Menunjuk Novia. “Pasti kamu yang matahin telunjuknya dia.”

Landri beraut kesal. “Bu Sri anda jangan menuduh sembarangan!“

Novia menangis dituduh dan tidak mampu melawan.

Sri Murni nyolot. “Murid sudah salah di bela!“

Bernada tinggi sambil menunjuk Warsadi yang di tempat duduk. “Lihat dia sudah matahin telunjuk anak orang!“

Lanri bernaa tegas. “Bu Sri! Anda jangan menuduh tanpa bukti, belum tentu dia yang melakukannya!“

Novia diajak duduk, lalu ditanyai lembut oleh Landri. “Novia jawab yang jujur, apa kamu yang matahin telunjuk Warsadi?”

Novia masih diam berlinang air mata.

Sri Murni naik pitam. “Lihat dia tidak bisa jawab, berati dia yang melakukannya!”

Sikap Sri Murni membuat kepala sekolah mengambil tindakan, lalu berdiri dari tempat duduk, Sujana bernaa tegas. “Bu Sri, harap kembali duduk!“

Sri Murni menatap tajam Sujana.

Sujana memerintahkan. “Dengar kata saya, anda kembali duduk!“

Sri Murni bernada kesal. “Murid yang sudah jelas bersalah masih saja dibela!“

Mulai kesal, Sujana menjelaskan dengan tegas. “Anda hanya guru, saya kepala sekolah disini, saya yang menentukan segala keputusan, Novia belum tentu salah, selama ini dia tidak berbuat salah seperti anak anda si Depa.“

Sri Murni menatap kesal sesaat dan kembali duduk.

Kini ambil andil, Sujaa coba menenangkan. “Novia katakan yang jujur, tidak ada yang marahin kamu.“

Lihat selengkapnya