MENCAPAI PIAGAM

noviadewi
Chapter #7

HASIL AKHIR

Waktu berlalu, Novia memang tidak dianggap murid tiap kali diajar Sri Murni, guru honorer yang bernama Wisnaya melihat ketidak adilan, terlebih Novia sering dibuli.

Buku paket pelajaran tidak dibolehkan pinjam dengan teman sebangkunya, tiap kali melirik isi buku dia selalu di pukuli, bahkan nyaris pingsan karena yang dipukuli adalah kepala.

Novia punya cara agar setara punya buku paket, dengan diam-diam meminjam dari kedua teman sekelasnya lalu difoto copy, semua heran dapat dari mana buku itu.

Menggebrak meja Novia, Arini melabrak. “Dari mana kau bisa pinjam buku sampai bisa difoto copy!“,

Novia dengan santai menjawab. “Memang SD Satu Mundeh Kangin saja yang punya buku kayak gitu, sekolah swasta dan negeri seprovisi Bali juga dapat buku yang sama, toko buku juga jual, itu kok repot.“

Mendengar ucapan itu membuat yang tidak suka Novia jadi jengkel.

Memanasi-manasi mereka, Cica memprofokasi. ”Bakar bukunya, tidak pantes pendosa itu dapat pendidikan bagus!“

Tidak terduga Wisnaya masuk kelas, kata-katanya memecah suasana, bernada geram. “Dosa tidak dosa itu Tuhan yang tahu dan tentukan!“

 Semua memandang arah pintu masuk, sejumbelah murid ketakutan melihat kehadiran Wisnaya, semua kembali ketempat duduk masing-masing, Arini bersedia memimpin mengucap salam, tapi dicegat oleh Wisnaya.

Wisnaya meluapkan kekecewaan. “Tidak usah mengucap salam lagi, kelakuan kalian itu mengecewakan, sebagai pengajar PPKN saya sangat kecewa dengan kalian, sama sekali kalian tidak mencerminkan manusia Pancasila!“

Wisnaya melangkah dan tepat berdiri didepan kelas, alis dikenyutkan dengan tatapan kekecewaan. “Kalian telah melanggar sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab dan sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."

Memandang semua dengan tatapan kesal, Wisnaya mengomel.  “Kalian jangan berkelakuan penjajah, negara ini sudah merdeka, Novia ini asli keturunan Nusantara, buakan keturunan Belanda, teman satu desa, satu suku, satu Negara dimusuhi!“

 Semua menatap takut kecuali Novia, karena Novia adalah korban yang patut dibela.

Mentap semua murid, Wisnaya menatap tegas semua murid. “Kalian ini orang Indonesia apa keturunan Belanda, orang Belanda saja sudah tidak menjajah kita bahkan mereka kerjasam dengan kita, lalu kalian ini bagaimana, tidak membolehkan Novaia warga asli Indonesia mengenyam pendidikan yang sama, ini kah Kebinekaan, kecil-kecil sudah jahat gedenya bakalan jadi apa kalian!“

Karena itu Novia semakin di benci, Wisnaya juga dibenci oleh Sri Murni, dengan kesal Sri Murni menggerutu dan tidak sengaja didengar oleh Novia.

Sri Murni bernada geram.“Si Wisnaya, awas saja kau guru honorer lebih dari ini kau membela Novia, maka kau dapat akibatnya!“

Kali ini dibuli fisik hingga Novia mengalami cacat mata akibat disiriram pemutih pakaian, mata mengalami kerabunan pada mata kiri, namun Novia tidak mengadu keorang tua. Kepala sekolah menskor dua oknum murid yang melakukan perbuatan kriminal itu, Wisnaya curiga ada profokator dilingkunga kelas lima dan masih cari pembuktian kalau Novia telah dikucilkan oleh wali kelasnya yaitu Sri Murni.

Masalah besar ini dihadapi sendiri, beberapa kali Novia mencoba, melakukan percobaan bunuh diri, tapi selalu gagal, kedaan lingkungan fisik dan kejiwaan Novia benar-benar dirusak, ini tidak pantas dipertontonkan. Karena pengucilan dan penganiyayaan dalam dunia pendidikan tidak pantas dipublikasikan, ini akan menyeret semua pihak sekolah dalam masalah besar.

Wisnaya tidak tinggal diam dengan cara yang sangat elegan, Wisnaya menghadapi permasalahan yang Novia tengah hadapi, setiap dalam gilirannya mengajar, Novia dapat nilai bagus selalu dipuji. Wisnaya tesenyum menilai satu, persatu jawaban yang dijawab Novia dalam buku tugas.

Lihat selengkapnya