MENCAPAI PIAGAM

noviadewi
Chapter #13

MENGALAH

Kini sudah sekitar pertengahan bulan Juli 2010, sudah kelas VIII, tidak ada pemetaan murid semua masih ditingkat kelas yang sama, yang berubah hanya posisi duduk, Novia duduk dibelakang sendiri. Selesai pembersihan saat MOS, semua kelas VIII A masuk kekelas, seorang guru matematika menjadi wali kelas mereka, namanya Sumiati. Yogi diminta kedepan, setelak keluar dari tempat duduk Yogi menuju depan kelas, menghadap teman yang duduk.

“ Selamat pagi teman-teman “, sapa Yogi.

“ Pagi “, sahut hampir murid sekelas.

“ Tanpa basa-basi lagi, aku mau sampaikan kekalian kalau aku akan pindah sekolah, kekabupaten Karangasem, kalian dan kabupaten Tabanan pasti akan selalu aku rindukan “, ucap Yogi.

Mata tertuju pada Novia, “ Untuk Novia aku minta maaf sudah usil sama kamu selama ini “, ucap Yogi.

Beberapa murid berseru, “ Cie…..”.

Menatap penuh harap, “ Novia…, apa kamu memaafkan aku, karena aku selalu usil sama kamu “, ucap Yogi.

Semua menoleh kebelakang, tatap Novia biasa dan raut muka datar.

Menatap kearah Yogi, “ Ya…., aku maafkan, lagi pula kamu usil karena aku ini belum bisa lupa masa SD yang kelam, jadi usilmu itu cukup membantu “, ucap Novia.

Tatap mengarah pada Dewa Edi, “ Dewa Edi maaf, kalau aku kadang kasar, habisnya kamu itu keras kepala “, ucap Yogi.

“ Ya…, Yogi “, sahut Dewa Edi, suara uus alias kempes, seperti sumbing dalam terdengar.

Tidak ada kata lagi yang disampaikan, Sumiati memberi intruksi, “ Semua satu-satu berbaris salaman sama Yogi sebagai tanda perpisahan “, ucap Sumiati.

Satu persatu maju berbaris dan menyalami Yogi, paling terakhir adalah Novia, setelah semua kembali duduk, Yogi melambaikan tangan, dibalas semua, Yogi keluar kelas.

Sumiati memandang Novia, “ Untuk Novia yang dibelakang, harap kedepan kebangku yang kosong “, perintah Sumiati.

Novia mengambil tas, beberapa ada tertawa cengengesan, Novia kearah bangku kosong disebelah kiri Dewa Edi, tidak ada sapa satu sama lain. Pindahnya Yogi menyebakan Novia sebangku dengan Dewa Edi, sesuatu yang tidak diharapkan, namun itu adalah bagain dari cerita hidup yang harus dijalani, walau hati kecil menolak keras. Novia terlihat biasa saja, namun ada kehawatiran yang selalu menghantui sepanjang kelas dua SMP, nilainya akan turun akibat sebangku dengan Dewa Edi, hatinya selalu mengeluh.

“ Jangankan perasaan berbalas, biar tetap duduk sendiri dibelakang tidak terkabul, malah harus sebangku dengan orang kayak gini, sudah IQ rendah keras kepala lagi “, gerutu hati Novia.

Hari berganti, Novia melirik kesal Dewa Edi yang duduk disebelah kanan, saat Dewa Edi menoleh, dengan segera Novia menghadap depan dengan raut muka datar, tidak lama setelahnya guru mata pelajaran masuk kelas. Setelah memberi salam pada guru lelaki itu duduk dimeja guru, semua kecuali Novia dan Dewa Edi saja yang tidak, dari pasangan sebangku hanya mereka saja yang tidak.

Lihat selengkapnya