MENCAPAI PIAGAM

noviadewi
Chapter #15

PERNYATAAN TIDAK TERDUGA

Hari berganti, pagi itu terdengar informasi akan ada murid pindahan dikelas IX, Novia tidak tertarik dengan informasi itu, dirinya konsen menulis. Saat dari Padmasana tempat berdoa para murid Hindu disekolah, ada seorang bapak bersama anak lelaki tidak berseragam mendekat, Novia berhenti.

“ Permisi, mau tanya ruang kepala sekolah dimana ya ?”, tanya bapak itu.

Dengan santun, “ Ruang kepala sekolah dibagian belakang kantor, bapak bisa masuk lewat pintu utama kantor disana “, ucap Novia menunjuk yang dimaksud.

Dewa Ayu mendekati dua orang itu, anak lelaki itu curi-curi pandang, saat dipandang segera buang muka, dari sebelah wajahnya yang terlihat memerah. Novia bingung dengan tingkah anak lelaki itu, secepat mungkin pergi dari sana, saat melangkah Novia memperkirakan tingkah anak lelaki itu.

“ Gelagatnya kayak aku ke Diana Saputra dulu, apa mungkin…..”, batin Novia, langkah terhenti.

Senyum sedikit, “ Mana mungkin, kan baru ketemu, ah sudahlah “, batin Novia.

Dari kejauhan ada yang memanggil sambil berlari, setelah dekat itu Mega Yanti, berambut agak keriting yang akrab dipanggil Mega teman sekelas Novia, nafas ngos-ngosan dinetralkan.

Menatap bingung, “ Kamu kenapa Mega ? apa ada yang usil sama kamu ?”, tanya Novia polos.

Menggeleng, “ Tidak, aku nyari kamu mau tanya, apa kamu mau ikut ektra PD ?”, tanya Mega.

Asal saut, “ PD maksudmu ekstra yang buat orang percaya diri, aku sudah punya kepercayaan diri, jadi buat apa ikut “, ucap Novia.

Mega tertawa, “ Kau ini, PD itu Perisai Diri, yang kayak ilmu bela diri gitu, biar bisa buat jaga diri kalau ada yang ganggu, gimana ?”, ucap Mega.

Tamapak berpikir, “ Haruskah aku ikut? Tapi belum izin keorang tua, sepertinya aku perlu ikut setidaknya aku punya sedikit ilmu bela diri, kalau seragamnya pasti tidak mampu beli, apa dibolehin pelatih ?! “, pikr Novia.

Menunggu jawaban, “ Gimana Novia, apa kamu ikut ? “, tanya Mega.

Memejamkan mata sebentar, “ Aku ikut, kapan mulai ?”, tanya Novia.

Dengan senyum, “ Hari kamis jam tiga sore “, ucap Mega.

Novia mengangguk,lalu melangkah menuju lab komputer, ketika hampir dekat, ada kakak kelas yang tengah menggangu siswa berkaca mata, Novia memperhatikan.

“ Kurang kerjaan banget mereka, sudah punya mata normal main comot saja “, batin Novia.

Dua siswa kelas IX itu mempermainkan, temanya yang perlu bantuan kaca mata.

“ Bayu balikin “, ucap siswa itu.

“ Oh tidak bisa…..”, ucap Bayu, lalu dilempar pada teman yang satunya.

Setelah ditangkap, “ Sini ambil “, ucap yang pegang kaca mata.

“ Putra balikin, aku tidak bisa baca tanpa itu “, ucap siswa itu.

Putra melempar kaca mata itu kearah Bayu dengan cepat Novia meraih dan menangkap kaca mata berlensa persegi itu, kareana salah pijakan Novia jatuh. Melihat kondisi Novia kedua murid kelas IX yang mengganggu siswa itu melarikan diri, Novia coba berdiri dengan tumpuan tangan, saat hendak berdiri siswa itu membantu.

Memerangkul sambil mengangkat tubuh Novia, “ Biar aku bantu “, ucap siswa itu.

Saat itu lewat Diana Saputra dan beberapa murid lain menuju lab komputer, yang lain cuek, Diana memperhatikan.

Novia menatap dengan raut datar, lalu memandang siswa itu sambil menyerahkan kaca mata yang dipegang, “ Ini kaca matanya “, ucap Novia santun.

Siswa itu mengambil santun, membersihkan lensa kaca dengan dasi biru yang dipakai, kemudian mengenakannya, pandangan yang agak kabur kini jelas.

Memandang Novia, “ Makasi sudah bantu, kamu ada yang luka ?” tanya siswa itu.

Novia mengusap siku dan lutut yang kotor oleh debu pesean, ada sedikit luka lecet pada lutut dan siku, “ Haya luka kecil, bukan masalah “, ucap Novia.

“ Lain kali jangan dekat-dekat mereka biar tidak diganggu “, nasihat Novia.

Ketika hendak berjalan bagain lutut terasa nyeri, keseimbangan goyah, segera siswa itu menahan tubuh Novia.

“ Kamu tidak apa-apa ? “, tanya siswa itu.

Tanpa memandang, “ Hanya sedikit sakit dilutut “ uca Novia.

Lalu jalan pincang, diikuti siswa itu hingga didepan kelas, Novia berbalik, tatap siswa itu hawatir.

Tatap datar, “ Aku baik-baik saja, ini hanya sakit kecil masih bisa diatasi “, ucap Novia.

Keluarlah Febri dari kelas mendekati mereka, menoleh Novia, menatap siswa itu, “ Aditia…., Novia kenapa ?”, tanya Febri lembut.

Lihat selengkapnya