MENCAPAI PIAGAM

noviadewi
Chapter #31

TERPAUT MASA KELAM

Hari ini Novia kembali lagi keproyek itu, melakukan apa selayaknya pembantu tukang, panas terik matahari, tidak sebanding dengan panas hati. Hari demi hari berlalu, tidak ada protes apa pun, Nengah sangat senang dengan sikap Novia yang tidak melawan lagi, namun jauh dalam diri Novia tidak ada yang tahu.

Sambil mengaduk pasir bercampur semen, Novia ngedumel, “ Ini tidak sesuai harapanku, harusnya aku dapat gaji, setidaknya setengah dari tukang, ini capek-capek kerja tidak ada gajih, memang makan saja perlu”, oceh batin Novia.

“ Aku ini bukan sapi yang hanya cukup dikasi makan , aku ini manusia bukan hanya makan, aku juga perlu pakaian, semua yang aku pakai bekas semua, itu pun dikasihani orang “, batin Novia.

“ Tidak selamanya aku begini, ini seperti penajajah, Nengah sama saja dengan si Sri Murni “, keluh hati Novia.

Setelah selesai mengaduk, para pembantu tukang yang lain mengambil adonan itu, Novia istirahat, terlihat Tien tengah asik bermain botol memukul-mukulkan ketanah. Hembusan angin membawa Novia membayangkan masa-masa yang tidak menyenagkan disaat ketidak adialan meraja rela dihidup Novia.

Waktu itu para murid berseragam Pramuka melakukan pembersihan sesuai tugas, setelah selesai semua istirahat, Novia dan beberapa teman sekelas duduk di senderan taman, Novia mendengar senda gurau mereka sesekali juga ikut tertawa.

Entah dari mana datangnya Depa, “ Beraninya kamu ya !”, bentak Depa menunjuk Novia.

Novia terdiam keheranan.

Satyawati berdiri diikuti yang lain.

Novia masih duduk.

“ Depa kenapa kamu bentak Novia, dia salah apa ?! “, ucap Satyawati.

Depa beraut kesal, “ Diam kau !”, sambil menunjuk. 

Depa mendekat lalu menarik kerah baju Pramuka Novia, hingga posisi duduk dibuat berdiri.

“ Dasar tidak tahu diri ! beraninya kau mengatai aku gendut !“, ucap Depa geram.

Dengan nada ketakutan Novia membela diri, “ Kapan aku bilang begitu..”, ucap Novia.

“ Heaaahh…”, Depa medorong Novia hingga jatuh.

Tiadak jauh dari sana ada sapu lidi, Depa segera mengambil. “ Orang kurang ajar pantesnya dihajar…“, teriak Depa.

Novia memejamkan mata, dalam gelap benturan dan guncangan yang dirasakan Novia, setelah mata terbuka Novia terlentang ditanah. Setelah Depa pergi, dua siswi kakak kelas empat datang, membantu Novia berdiri dan didudukkan disenderan taman.

“ Novia ini minum, biar tidak pusing “, ucap yang berambut lurus.

Minuman warna coklat didalam kantong plastik, Novia memandang minuman itu, dari kejauhan ada yang teriak.

“ Jangan minum….. itu air kolam….”.

Lihat selengkapnya