MENCAPAI PIAGAM

noviadewi
Chapter #33

MASA LALU PEMBANGKIT

Kini telah berlalu sepuluh bulan, anak kedua Novia bernama Suratmaja teah berusia sepuluh bulan tidak ada masalah dalam tumbuh kembang, setiap bulan selalu rutin ke Posyandu. Namun dibulan kesebelas tanpa sadar Novia hamil lagi, itu yang buat Novia frustasi, seringkali emosi dan berteriak atau ngomel keras hingga tetangga dengar. Kelakuannya seperti kena gangguan kejiwaan, bagaimana tidak, ekonomi yang sulit, keabsahan belum kepengadilan, setahun lagi Tien sudah masuk usia sekolah SD, dan Suratmaja yang tidak bisa jalan.

“ Hidup macam apa ini, deritanya tidak ada hentinya, sudah jatuh ketiban tangga kesiram cet, ini bukan, hidup ini mati, hidup serasa mati “, keluh hati Novia.

Setelah cukup lama termenung dalam pembaringan, Novia beranjak duduk, pelan-pelan tubuh diangkat dengan baik karena saat ini hamil tua sekitar delapan bulan. Ingatan melayang saat mengadakan perjanjian bersama Ardana waktu SMA.

Senyam-senyum, “ Belum pulang Novia “, ucap Ardana.

Menatap biasa, posisi duduk, “ Belum, sudah biasakan aku luangkan waktu lima belas menit sebelum pulang nulis “, ucap Novia.

Lalu duduk disebelah Novia, Ardana terihat memendam kesedihan.

“ Ar kamu ada masalah ?”, tanya Novia.

Seyum lebar, “ Aku baik-baik saja “, ucap Ardana.

Menatap serius, “ Jangan bohongi aku, aku tahu kau masih belum percaya semua itu “, ucap Novia.

Senyum lebar, “ Apa, jangan sok tahu deh, kalau tahu coba bilang “, ucap Ardana.

Menghela nafas, “ Kehilangan sahabat untuk selamanya “, ucap Novia.

Ardana terunduk, kesedihannya tidak bisa ditutupi dihadapan Novia.

Membujuk, “ Katakan Ar tidak selamanya kamu pendam, kalau kamu mau cerita akan aku dengarkan, mungkin kakau bisa aku beri solusi “, ucap Novia.

Masih tertunduk, “ Cara bicaramu sama seperti Suas, dia orang yang paling memahami aku, bahkan dia rela berkorban demi orang lain “, ucap Ardana sedih.

“ Jangankan kamu, aku yang baru berteman dengan dia, sedih kehilangan orang sebaik itu “, ucap Novia.

Melirik dalam tundukan, “ Lalu kalau kamu sedih kenapa tidak menangis “, ucap Ardana.

Berpikir, “ Entahlah…, tapi sepertinya yang terpenting, membuat semua menerima kenyataan ini, lalu kenapa kamu tidak menangis “, ucap Novia.

Tertunduk, “ Menurutmu apa Novia “, ucap Ardana.

Menghela nafas, “ Itu mudah, tapi cukup menyakitkan jika aku katakana “, ucap Novia.

“ Katakan saja “ ucap Ardana.

Menghela nafas, “ Baiklah, kamu itu mengalami kesedihan mendalam, aku tahu kalau kau belum percaya semua ini dan rasanya baru kemarin kamu bertemu Suastawa, menjalani kisah persahabatan yang indah “, ucap Novia.

Air mata menetes, “ Ya…., dia orang yang baik , dia juga punya didikasi yang tinggi juga memahami perasaan orang, rasanya tidak adil orang yang diharapkan hidup lama malah cepat pergi, malah orang diharapkan cepat mati bisa hidup lama “, ucap Ardana.

Lihat selengkapnya