MENCAPAI PIAGAM

noviadewi
Chapter #34

ALASAN KUAT

Setelah setahun berlalu, anak ketiganya yang bernama Bimantara telah berusia setahun sendirinya bisa belajar jalan berbeda dengan Suratmaja yang harus dituntun. Sesuatu yang tidak diharapkan terjadi Tien harus metitipkan KK pada madunya, rasanya Novia tidak terima anak yang dibesarkannya diakui anak oleh orang lain.

“ Untuk kali ini, adalah yang terburuk, hak sebagi ibu kandung terampas, ini tidak adil “, batin Novia.

Melihat koper berwarna coklat, “ Andai tulisan itu bisa jadi uang, tapi aku tidak punya alat pendukung, sampai saat ini aku belum punya laptop “, keluh batin Novia.

Hari-hari dilaui penuh kehampaan, hingga didapati cara Novia ketemu orang yang mau beli sarana pelengkap baten (sajen), seperti limas dan tekor yang berbahan keraras (daun pisang kering) dan porosan Denpasar, yang berbahan daun manga, sirih dan daun kelapa kering yang dipotong berbebtuk kotak. Pekerjaan ini membuat Nengah tersinggung, hingga kejadian ini terjadi dihadapan ketiga anaknya, Novia dilempari kursi plastik, berkat latihan bela diri sebelumnya membuat fisiknya kuat, kursi itu patah.

Mengusap lengan, “ Ada lagi, ayo lempar “, tantang Novia.

Kesal, “ Kau memang bebal, sulit dikasih tahu, cara kasar tidak buatmu berhenti “, ucap Nengah.

Melawan kata, “ Berhenti, coba kamu bayangkan jadi aku yang setatusnya ngambang, kau enak sudah sah sama istri pertamamu, sedangkan aku anak saja harus menitipkan KK, kau yang bebal, punya duit disisai buat biaya ngurus surat-surat, malah kau pakai dengan caramu, oh pasti aku ini dijadikan sapi perah untuk keluargamu “, oceh Novia.

Hantaman dikepala harus diterima beberapa kali, “ Kau memang bebal “, ucap Nengah jengkel, lalu pergi mengendarai motor.

Memandang Tien, “ Kamu lihat sendiri, bapakmu kayak apa, itu namanya cemburu sosial, semua dicemburui termasuk pekerjaan ini “, ucap Novia.

Tien yang sudah tujuh tahun sudah sangat mengerti dan mengingat hampir keseluruhan kejadian selama ini dan menilai.

Polos, “ Bapak bilang kasihan sama ibu, kan tidak usah kerja “, ucap Tien.

Buang muka sebebtar, “ Kasihan, itu memanjakan, tahu apa akibatnya jadi malas, bapakmu itu sudah diatas lima puluhan, masih sok mampu mebiayai hidup kita, cari utang lagi gak !’, ucap Novia tegas.

Novia tidak mau melampiaskan emosi, setelah kembali malamnya Novia masih menstapler porosan itu membuat jengkel Nengah.

Kesal, “ Berapa kamu dapat untung dari semua itu “, ucap Nengah.

Santai, “ Porosan satu kresek merah dapat untung lima ribu, limas sama tekor sebelas ribu, lebih untung buat limas sama tekor, irit isi stapler “, jelas Novia.

Remeh, “ Hanya segitu, mati-matian kamu buat, hasilnya tuh kemana, aku tidak lihat “, ucap Nengah.

Santai, “ Kamu pasti lupa, kemarin aku beli beras sekilo itu dari hasil jualan ini, nunggu kamu lama keburu kelaparan anak-anak “, jelas Novia.

Tatap kesal, “ Yang sebelumnya kemana, buat beli alat tulis buat Tien, kadang beli lauk, sayur ketupat itu aku yang beli selama ini, kamu tahukan Tien tidak suka ikan “, jelas Novia.

“ Oh begitu “, lalu tidur.

Novia lanjut menstapler, setelah cukup lama Nengah bangun, Novia memandang keposisinya berada, Novia paham emosi Nengah melonjak.

Lihat selengkapnya