Mencari Buah Simalakama

Bentang Pustaka
Chapter #1

Banyak Men-Satu Semua Men-Tunggal

Ketika Markesot bergerak sangat pelan dan diam-diam mendekat ke barisan saf paling belakang dari jemaah langit Imamul ‘Alamin Baginda Rasulullah Saw., dia dikejutkan oleh sosok yang tiba-tiba ada di depannya. Sosok itu mendorong dan melempar Markesot ke belakang dari arahnya bergerak.

Markesot terbanting ke lantai kekosongan dan terjerembap di depan dinding hampa kesenyapan. Dia sungguh tak berdaya. Dia tak menyangka di wilayah yang bergelimang kemuliaan dan penuh kesucian ini dia mendapat perlakuan semena-mena.

Markesot lebih kaget lagi ternyata sosok yang berdiri di hadapannya dan barusan melemparnya adalah Kiai Sudrun.

“Kiai ….” Spontan dia menyapa. Sudrun tidak menjawab. Hanya berdiri gagah di depannya sambil bertolak pinggang.

“Maaf, Kiai.” Markesot mengulang sapaannya sambil terbata-bata berusaha bangun, duduk, dan takzim kepada Kiai Sudrun.

“Hebat amat kamu, Sot.” Akhirnya Sudrun bicara.

“Maaf, Kiai, saya tidak paham.”

“Kamu hebat. Serbahebat. Perjalananmu balapan dengan irama langkahmu melampaui waktu, pergerakanmu merobek tembok, kata-katamu terlalu panjang sehingga melewati batas napas manusia ….”

“Kalimat Kiai barusan juga terlalu panjang ….”

“Diam!”

“Untuk memahami kata-kata panjang Kiai saya harus merobohkan pagar irama dan memperlebar ruang ….”

Lihat selengkapnya