Hai, Kancil!

andra fedya
Chapter #2

1. SALAH WAKTU

Bandung, 2002

Satu tahun sebelum Kancil bertemu Jihan ....

Gadis yang bernama Ayunda, punya lesung pipit mungil di kedua pipinya. Lubang itu sangat dalam, dan Kancil pernah membayangkan ia mengambil pulpen dan menyembunyikannya di situ. Tidak akan ada yang bisa menemukan, karena sudah terjepit di pipi Ayu ketika dia tersenyum.

Dulu, ketika Ayu pertama kali muncul karena dibawa oleh Ica, pacarnya Dimas ke "Warmes", warung nasi rames yang juga menjadi markas geng motor Kancil dan teman-temannya, Kancil langsung membuat penilaian cepat, bahwa Ayu itu gadis yang cerdas dan dominan. Kemudian, setelah satu minggu kenal dengannya, Kancil barulah paham kalau Ayu terlihat menonjol karena Ayu itu memang orangnya pintar ngomong dan berdiskusi.

Tentunya, orang-orang jadi diam dan mendengarkan omongannya, karena selain pintar bercerita, Ayu juga cantik. Karena wajahnya yang sesuai dengan namanya, yaitu "Ayu", orang jadi betah lama-lama memandangi lekuk parasnya yang konon katanya mirip dengan salah satu artis di televisi.

Ayu, kalau ngomong biasa suaranya tenang dan dalam. Tapi, kalau dia marah lengkingannya mungkin bisa mengalahkan nada tinggi penyanyi Whitney Houston. Ayu memang begitu. Sifatnya dinamis dan sukar ditebak. Kalau mood-nya sedang buruk, mukanya ditekuk dalam seperti nenek-nenek, tapi begitu senyum, bisa membuat langit langsung mendung karena matahari pun akan kabur melihat sinarnya yang lebih cemerlang.

Kancil memang menganggap Ayu itu cantik, seru dan menyenangkan, tapi tidak kepikiran kalau ia kemudian akan berpacaran dengannya. Karena, semua orang tahu, Kancil sudah berpacaran dengan gadis bernama Seruni sejak lima minggu belakangan.

* * *

Pagi itu, Seruni membolos sekolah dan memilih pergi ke Warmes untuk menemui Kancil, padahal Kancil sedang sekolah. Tidak apa-apalah, pikir Kancil setelah ia mendapat kabar dari gadis itu; di Warmes banyak orang yang bisa diajaknya mengobrol, sehingga Seruni tidak akan mati bosan ketika menunggui Kancil pulang sekolah.

Kancil juga sebenarnya sering bolos, tapi hari itu entah mengapa dia kepikiran untuk masuk. Mungkin karena kemarin, ia baru saja dipanggil ke ruang kepala sekolah gara-gara ribut dengan anak kelas sebelah. Ia malas, kalau ibunya harus ditelepon lagi oleh bagian kesiswaan yang senang mengadu. Ia sedang tidak ingin berdebat dengan siapapun. Terutama dengah papa tirinya yang galak dan kejam bernama Pak Bambang.

Kancil memang masih murid baru di sekolah itu, setelah sebelumnya ia ditendang dari sekolah lain. "Ditendang" bukan dalam artinya di gerbang sekolah ia dipaksa untuk keluar. Tetapi pihak sekolah memberikan pilihan kepadanya untuk diputus tidak baik atau mengundurkan diri dan pindah sekolah. Alasannya, selain karena Kancil sering berulah, di sekolah itu absen Kancil sangat parah. Rata-ratanya, dari satu bulan, hanya enam hari dia masuk.

Seruni sendiri dikenal Kancil dari sekolah lamanya. Banyak yang menyebut dia adalah salah satu anak termanis dan terpopuler di sekolah itu. Jujur, Kancil tidak peduli mengenai status-status menyebalkan semacam itu. Karena memang, Seruni sendiri orangnya asyik dan bukan tipe gadis yang suka pilih-pilih dengan siapa dia mau bergaul, meski dia punya tampang dan anak orang kaya. Itulah barangkali yang membuat kecantikannya memancar dan membuat dia dengan mudah dikenal oleh berbagai kalangan.

Percuma kalau orangnya cantik, tapi sombong dan suka merendahkan orang lain. Percuma kalau populer tapi menyepelekan eksistensi orang dan maunya bergaul dengan manusia yang sejenis dengannya. Untunglah, Seruni tidak begitu. Ia baik, feminim dan lembut.

Orangtua Seruni adalah juragan matrial di daerah Bojong Soang. Usahanya selalu ramai oleh orang yang mau membangun sesuatu. Perekonomian orangtuanya jelas mengalir lancar, karena Seruni bisa dibelikan mobil bagus untuknya pribadi.

Meski orang berada, Seruni adalah tipe penurut. Kalau Kancil minta supaya Seruni saja yang datang menemuinya, ia akan langsung datang. Kalau Kancil bilang ia tidak bisa ngapel ke rumahnya karena harus berkumpul dengan anak-anak, Seruni tidak menuntut. Pokoknya, Seruni itu adalah tipe perempuan yang tidak bikin kepala pacarnya pusing karena sedikit-sedikit merajuk dan ngambek. Kancil heran, mengapa Seruni bisa begitu sabar.

Kancil sebetulnya bukan tipe yang suka membanding-bandingkan sifat perempuan satu dengan perempuan lainnya. Tapi, jika ia harus membandingkan sifat Seruni dan Ayu, Kancil harus menyiapkan tabel tersendiri karena sifat keduanya sangat bertolak belakang.

Contohnya saja, kalau dipuji Seruni itu bilang "makasih", kalau Ayu dipuji, dia minta lagi. Kalau Seruni itu terjatuh dia akan kesakitan dan merintih. Kalau Ayu terjatuh dia akan menyalahkan batunya mengapa menghalangi jalannya!

Waktu Kancil masih bersama Seruni, sebetulnya Ayu sudah dekat dengannya. Dekat dalam artian mereka bersahabat, karena di saat yang sama, Ayu juga sedang berpacaran dengan seorang laki-laki dari sekolahnya bernama Irfan. Bukan anak geng berandalan seperti Kancil, pacarnya Ayu itu anak basket yang terkenal dan harum namanya karena tampan, sporty dan gaul.

Ketika Kancil datang, Seruni sedang mengobrol dengan Maman, salah satu sahabat Kancil yang umurnya sudah kepala 3. Biasalah si Maman, sedang menunjukkan koleksi tato di lengannya kalau bertemu orang baru. Mungkin Seruni yang bertanya, atau Maman sendiri yang berinisiatif menceritakan kisah setiap tatonya, Kancil tidak tahu. Tapi Maman memang begitu, orangnya mudah akrab, tidak pernah berburuk sangka kepada orang lain. Walau tampangnya seram dan anarkis, tapi hatinya benar-benar seputih kapas.

"Kamu tumben bolos," komentar Kancil kepada Seruni sebelum ia duduk di sebelahnya.

Seruni senyum. "Sekali-sekali nggak apa-apa," katanya.

"Kembangkan," gumam Kancil. "Nanti kamu ikut Kancil. Ditendang dari sekolah terus harus merangkak-rangkak cari sekolah baru."

"Amit-amit!" Seruni menyenggol lengan Kancil. "Aku kangen kamu tauuu, makanya ke sini," tambahnya membisiki Kancil.

"Padahal, kan, kemarin udah ketemu," cengir Kancil.

Lihat selengkapnya