Sesampainya di Warmes, Kancil langsung mencari Ayu. Kata Tante, Ayu sedang di kamar mandi, jadi Kancil memutuskan menunggunya di kursi dekat meja telepon.
Ketika Ayu keluar, Kancil langsung menghampiri gadis itu.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Kancil sambil meneliti wajah Ayu, kemudian menarik pergelangan tangan Ayu untuk menemukan luka atau memar.
"Aku ditampar," kata Ayu. "Dan dipukul di sini." Ayu menarik bagian tangan bajunya untuk menunjukkan sebuah memar samar di sana. Tidak terlalu jelas, tapi kalau di tempat terang akan terlihat ada jejak merah gelap.
"Kenapa kamu dipukul?"
"Aku ngelawan," ujar Ayu. "Aku bela kamu."
"Kancil nggak perlu dibela," cegahnya. "Kamu bilang apa?"
"Aku bilang, kamu udah menciumku waktu Papa nanya apa aja yang udah aku sama kamu lakuin, hubungan fisik kita," jelas Ayu. "Terus Papa marah, aku bilang, aku yang mau. Memang aku yang mau, kan? Aku terus melawan. Akhirnya Papa habis kesabaran."
"Ini pertama kalinya kamu dipukul?"
"Kedua kalinya, yang pertama nggak separah ini."
Kancil mengertakkan giginya. "Pakai apa kamu dipukul?"
"Pakai tangan, tapi aku kedorong kena ujung laci kayu."
"Kalau pakai alat dipukulnya ... nggak akan bisa diam," geram Kancil.
Ayu serta-merta menangis. "Kamu jangan ikut campur, Papa udah minta maaf. Tapi, aku nggak bisa putus sama kamu gara-gara ini."
"Papa kamu minta supaya kita putus?"
Ayu mengangguk. "Iya, tapi aku nggak mau."
"Mau Kancil dateng ke rumah kamu, jelasin sama Papa kamu?"
Ayu langsung menggeleng. "Nggak usah, Cil. Nanti tambah panjang masalahnya," larang Ayu. "Papa cuma nggak ngerti, kalau kamu itu orang baik. Papa belum kenal kamu, dan ngasih kesempatan buat nyari tau tentang kamu. Menurut papaku ya anak geng sama aja: brutal, cuma tukang bikin rusuh, kriminal. Soalnya ada anak temennya pernah dibacok sama anak geng, tapi bukan anak-anak sini. Orang lain. Kalian jelas nggak ada hubungnnya sama tindakan kriminal yang terjadi di luar sana."
Kancil memejamkan matanya sekilas. "Kamu udah makan?"
Ayu mengangguk. "Udah. Tadi Tante nawarin nasi rames, ya udah aku makan aja. Emang laper juga."
Kancil dan Ayu sekarang sudah duduk di ruang TV Tante. Tante memang membebaskan anak-anak untuk juga masuk ke dalam rumahnya, terutama anak-anak yang sudah lama dikenal oleh Tante. Di sana, Kancil tampak memindah-mindahkan saluran TV tanpa minat, sementara Ayu hanya menatap kosong ke arah layar bergerak itu.
"Mulai lusa Kancil udah ngekos," Kancil memberitahu Ayu.
"Eh? Orangtua kamu jadi pindah ke Jakarta?"
Kancil mengangguk. "Jadi, besok mereka berangkat. Kancil juga udah dapet kos."
"Kenapa nggak bilang dari kemarin?"