Bandung, Desember 2002
100 hari sebelum bertemu dengan Jihan ....
Ibuy terus menekankan, bahwa hari itu adalah hari yang spesial. Bahwa katanya hari itu anak-anak telah melupakan sesuatu, kecuali dirinya sendiri, si Ibuy saja yang ingat. Karena penasaran, Kancil lalu mendesaknya sampai ia mau bilang.
Ternyata tepat hari ini, genap setahun sudah, mereka mengubur kapsul waktu berupa kaleng Khong Guan yang didapat dari parsel lebaran yang Tante terima dari kenalannya tanggal 16 Desember tahun lalu. Tentu saja, kuenya sudah habis dimakan oleh Tante dan keluarganya waktu itu, tapi kaleng kosongnya diminta oleh Maman sebagai wadah untuk kapsul waktu mereka.
"Ari kapsul waktu teh apa?" tanya Cungkring tidak ngerti.
"Itu si Maman nonton film Jepang apalah, dia jadi terinspirasi bikin kapsul waktu juga. Jadi anak-anak ngumpulin surat buat diri sendiri di masa depan, dimasukin kaleng terus dikubur. Nanti dibukanya sama-sama," jelas Kancil.
"Perjanjiannya dua tahun," tambah Ibuy. "Tapi pengen dibuka sekarang aja kalau pada mau."
"Harusnya mah sepuluh tahun atuh," timpal Cungkring. "Biar bermakna."
"Penasaran asli," kekeh Ibuy. "Mau digali sekarang nggak?"
"Tanya yang lain dulu," ujar Kancil. "Kalau pada setuju, hayu aja digali."
"Berarti si Kemal harus di-SMS. Biar bisa nyempetin ke sini."
"Nah, iya," Kancil sependapat. Karena Kemal memang juga ikut ambil bagian mengubur kapsul waktu itu.
Saat sorenya anak-anak yang dulu ikut membuat kapsul waktu sudah berkumpul di Warmes, mereka pun berbondong-bondong berjalan kaki ke taman tidak jauh dari rumah Tante. Taman itu letaknya di belokan jalan dekat portal menuju blok lain. Sudah lama taman itu tidak terurus dan dipenuhi ilalang. Meski sekali-kali ada pengurus taman yang merapikan sedikit, tapi taman itu tetap terkesan kotor dan suram.
Di dekat pohon melati yang tampak tumbuh liar, mereka mulai menggali. Dari semuanya, Ibuy dan Maman yang tampaknya paling bersemangat. Jadi mereka berdua yang mencangkul sementara anak-anak menunggu harta karun mereka dikeluarkan.
Akhirnya plastik putih muncul dari dalam tanah, Ibuy kemudian menariknya. Setelah berhasil, mereka lalu membuka plastik dan mengeluarkan kaleng Khong Guan-nya dari sana.
Begitu tutup kalengnya terbuka, anak-anak langsung menyambar surat yang ada di dalamnya. Ketika mereka salah mengambil surat milik orang lain, mereka langsung menukar dengan pemiliknya agar prosesi bisa lebih cepat dilangsungkan.
"Mulai baca dari maneh, Buy," kata Sandi.
Ibuy menarik napas sebelum membaca suratnya. "Hai, Ibuy di masa depan, apa kabar dengan ketampananmu?" katanya. Anak-anak langsung ber-"huuu" ria, tidak terima Ibuy menyebut diri sendirinya tampan.
"Makin ancur!" sela Sandru. "Jarang mandi!"
"Jadi ketombean," seloroh Kancil.
"Banyak panu," kekeh Caesar.
"Jarang ganti kolor!" timpal Maman.
"Psst!" protes Ibuy sambil menaruh telunjuk di bibir. "Kamu pasti sekarang lagi mau ngapel ke rumahnya Evita," sambungnya. Anak-anak sontak tertawa. Karena Evita dan Ibuy sudah putus lama sekali. Ibuy bahkan sudah berganti pacar sebanyak tiga kali setelah putus dengan Evita. "Buy, semoga saat ini kamu baik-baik aja. Kalem, Buy, cicilan motor berarti udah lunas, kan?" Ibuy senyum, karena cicilan motornya memang sudah lunas dua bulan yang lalu. "Sekolah gimana?" Ibuy sekarang nampak menggaruk-garuk kepalanya. "Jangan bilang kamu di-DO! Tentu tidak. Jangan lupa solat, Buy, biar masuk Surga, biar bisa ketemu bidadari Surga yang cantik-cantik. Kamu masih bebas narkoba, kan? Awas siah, Buy, jangan berani make yang gitu, inget dosa! Enggak akan Insya Allah, bisa beli pulsa juga udah alhamdulillah, masa bisa beli yang gitu. Saya bersih, aman," Ibuy mengangguk sambil menjawab pertanyaannya sendiri di kertas itu. Setelah membacakan sedikit lagi, surat Ibuy dilipatnya dan dimasukan ke dalam saku celana. Sekarang, giliran Kemal membacakan surat dari dirinya setahun silam.
"Assalamualaikum, Arab," sapa Kemal pada dirinya sendiri. Terkadang Kemal memang dipanggil "Arab" oleh teman-teman lamanya. "Maneh sehat? Gimana kabar babeh sama indung maneh? Alhamdulillah sarehaaat, euy." Kemal mendekatkan suratnya ke wajahnya karena tulisannya bentuknya tidak keruan, sampai-sampai dirinya sendiri kesulitan membacanya. "Masih sama si Gina maneh? Awas kalau putus sama si Gina, ku aing!" Semua terkekeh-kekeh mendengarnya. Karena Kemal sudah berpisah dengan Gina. "Warmes kumaha, aman? Aman. Cinunuk aman? Aman. Astma masih suka kambuh?" Kemal tertawa sendiri sekarang. "Sengaja bikin pertanyaan ini, ini pertanyaan jebakan. Aing nggak punya astma!" ia memberitahu yang lain. Yang lain barulah tertawa sesudah paham maksud Kemal. Setelah Kemal membacakan lagi suratnya, ia mempersilakan Kancil meneruskan giliran.
"Ao, Kancil di masa depan," sapa Kancil pada dirinya sendiri. "Piala dunia 2002 siapa yang menang, euy?" Kancil tertawa. "Brazil. Tapi Korsel bikin kejutan lolos ke semifinal," jawabnya kepada suratnya. Karena ia menulis pertanyaan itu pada akhir bulan Desember 2001, jadi dia memang belum tahu siapa pemenang piala dunia yang diselenggarakan pada 31 Mei – 30 Juni 2002. "Maman masih hidup?" Semua anak di sana tertawa. "Sudah meninggal delapan kali, sekali lagi meninggal, dia mati betulan," jawab Kancil yang langsung diprotes keras oleh Maman ("emangnya aing kucing punya sembilan nyawa!") Kancil lalu membacakan lagi suratnya. "Gimana kehidupan di tahun ini, Cil? Siapa pacar kamu sekarang?" Kancil diam dulu. "2002 lumayan seru, lah. Sekarang saya sendirian aja di dalam lubang kelam bernama Ikatan Jomblo Kere Bandung. Tapi nggak apa-apa, ada Maman yang setia menemani."
"Hei, Kancil 2001, bilang ke Kancil 2002 suruh cepet pacaran lagi. Dia jomblonya nyusahin, ke WC aja minta anter!" karang Maman.
Kancil ketawa. "Cil, maaf, masa depanmu ternyata mengecewakan. Padahal dulu kamu berharap seenggaknya sekarang kamu udah jadi ketua OSIS dan punya pacar yang lebih cantik dari Cindy Crawford!" Semua tertawa lagi sambil geleng-geleng. "Tapi, jangankan jadi ketua OSIS, sekolah aja masih nggak bener. Yang kaya Cindy Crawford nggak akan mau sama gengster doang mah."
"Watir," kekeh Sandi.