Bandung, Februari 2003
47 hari sebelum Kancil bertemu Jihan ....
Delapan hari sebelum ulang tahun Kancil, dunia dibuat gempar dengan berita meledaknya pesawat ulang alik Columbia STS-107 yang gagal saat menembus masuk atmosfer bumi. Puing-puing pesawat antariksa milik Amerika Serikat itu mulai terjatuh di dekat kota Lubbock, Texas dan meledak beberapa waktu kemudian di dekat Dallas. Menurut berita yang Kancil lihat, katanya, potongan tubuh ketujuh astronotnya ditemukan di ribuan lokasi di Texas, Lousiana dan Arkansas.
Kancil tercenung ketika ia melihat televisi di rumah Tante terus menyiarkan berita tersebut. Perwakilan dari NASA saat ini sedang nampak tengah diwawancarai terkait kecelakaan itu. Dalam diamnya, Kancil mengirimkan doa untuk ketujuh astronot yang tewas.
Sejak kecil Kancil memang selalu mengagumi profesi astronot. Karena, entah mengapa, ia selalu memiliki ketertarikan khusus kepada ilmu astronomi. Ia senang mengetahui banyak hal mengenai angkasa, ia senang mengetahui satu lagi rahasia di balik gelapnya langit, ia puas saat mengetahui bahwa ia bagian dari semesta ini.
Kancil pernah bilang pada Maman, seharusnya badan penerbangan dan antariksa seperti NASA buka cabang juga di Bandung, sebab langit di kota ini indah sekali apalagi jika dilihatnya dari Bukit Bintang atau Caringin Tilu alias Cartil yang ada di Cimenyan; mereka pasti akan menemukan rahasia baru tentang angkasa yang menakjubkan.
Tapi soal itu, Maman langsung menolak. Katanya, dia takut, kalau badan seperti NASA ada di Bandung, Bandung jadi kota yang dipenuhi oleh alien.
Pada suatu waktu, Kancil juga pernah mengatakan di depan teman-temannya, bahwa setiap dari mereka punya posisi tersendiri di galaksi ini.
"Sandru, kalau si Sandru itu planet Merkuri," Kancil memulai di depan semua orang. "Dia bola besi yang kuat, meskipun ukurannya nggak sebesar Jupiter, orang-orang percaya dia mampu memimpin di urutan pertama. Meskipun begitu dekat dengan matahari, dia nggak gentar."
Sandru nyengir, bangga mendengarnya. "Kalau si Caesar?" tanyanya.