Di rumah Dimas di daerah Batu Indah, anak-anak sudah ramai berkumpul. Mereka sengaja datang di hari Minggu untuk "merayakan" putusnya Dimas dengan Ica tiga hari yang lalu. Kata adiknya Dimas, Dita, di telepon, Dimas sangat terpukul oleh kandasnya hubungannya itu sampai dia berdiam diri terus selama berhari-hari.
Tapi, meskipun katanya Dimas sepatah hati itu, tentu saja, anak-anak punya cara sendiri menghiburnya. Adalah dengan merayakannya!
Ibuy sudah mejeng dengan gitar sementara yang lain mengelilingi Dimas yang duduk di bantal besar yang ada di karpet.
Meskipun katanya sedang patah hati, di depan anak-anak, Dimas tidak memperlihatkannya. Yang Kancil lihat, dia malah tertawa-tawa waktu OST Pedang Pembunuh Naga dinyanyikan serempak.
Dita muncul setelah lagu selesai, membawa sebaki sirup melon.
"Weis, si Dita udah ABG lagi, euy, perasaan kemarin masih pake seragam merah-putih," goda Maman pada gadis berumur enam belas tahun itu. Padahal dia sebenarnya baru ketemu Dita bulan lalu.
"Enak ajaaaa! Sembarangan disamain sama anak SD, tahun ini Dita kan masuk SMA!" Dita memeletkan lidah pada Maman.
"Si Dita begog, kabogohna anak kuliahan," Dimas memberitahu semua orang di situ. (Dita sok dewasa, pacarnya anak kuliahan).
"Dari pada sama anak kuliahan, ketuaan buat kamu, mending sama Aa Cungkring, Dit," kata Cungkring.
"Ih! Nggak mau, muka Cungkring kan kaya bapak-bapak, serem!" tolak Dita langsung.
Cungkring langsung lesu, bahunya merosot dan bibir di bawah kumis jarang-jarangnya yang seperti ikan lele mengerucut.
Semua tertawa puas menertawakan si Cungkring.
"Soklah, kalau Dita mau milih, di sini Dita pengen ke siapa?" tawar Maman.
Anak-anak pun langsung kompak diam dan memasang tampang manis. Supaya dipilih oleh Dita. Tidak ada gunanya sebenarnya, tapi mereka memang senang melakukan persaingan-persaingan konyol semacam itu.
Dita lumayan lama berpikirnya. "Susah ... mm ...."
"Kemal mah nggak ada di sini! Pilih yang ada aja, jangan sok iyeh ya you!" tegur Maman galak.
Dita langsung tersenyum malu, karena sepertinya dia memang maunya hanya sama Kemal.
"Dita sama Kancil ajalah," kata Dita sambil ketawa. "Atau Sandru."
"Yes! Emang nggak salah punya pelet di dompet teh! kekeh Sandru.
"Hai, kakak iparku," sapa Kancil pada Dimas dengan wajah dimanis-maniskan.
"Aduh, suram gini nasib keluarga aing adik iparnya pada kaya gini mah," protes Dimas nelangsa.
Karena mau beli Choki-Choki, Kancil keluar untuk jalan kaki ke warung. Ian yang saat itu ikutan ke rumah Dimas, segera membuntuti Kancil. Di Warmes dia memang paling dekat dengan Kancil, dan masih canggung dikelilingi para senior yang lain tanpa ada Kancil.
"Cil, saya belum cerita," katanya sambil jalan di sebelah Kancil.
"Apa?"
"Saya selingkuh dari Jihan. Yang satu namanya Hanna, dia itu mantan sih, tapi balik lagi."
Kancil refleks berhenti. "Hah?"
Ian ngangguk. "Iya, udah tiga harian ini, lah, saya jalan juga sama Hanna," jelasnya tanpa dosa.