Sebelum kalian membaca kisah ini, sebaiknya kalian tahu dulu sedikit: bahwa pada akhir era tahun 70'an, saat itulah satu demi satu geng-geng motor di Kota Bandung mulai berdiri. Mulanya, perkumpulan-perkumpulan tersebut kecil dan beranggotakan sedikit orang. Hingga pada awal tahun 2000-an, pada masa puncak kejayaan para geng motor, masing-masing geng bisa beranggotakan ratusan hingga ribuan orang.
Mayoritas anggota geng motor tersebut adalah pemuda; remaja berumur kisaran empat belas hingga dua puluh tahunan. Ada yang lebih tua, tapi tidak seaktif remaja-remaja di usia itu. Usia di mana darah muda mereka sedang di puncak pergolakan, haus akan pengakuan.
Di jalanan, mereka pikir saat itu mereka telah menemukan jati diri. Dengan rasa bangga dan harga diri di pundak, katakanlah, mereka siap bertempur untuk menancapkan bendera kelompok mereka di puncak bukit keagungan Kota Kembang.
Dari sekian banyak pertarungan jalanan yang melibatkan kekerasan yang telah dilewati pemuda-pemuda itu, terselip kisah lainnya yang berlawanan dengan membela harga diri kelompok mereka.