Setelah meneguk habis air mineral yang tadi dilemparkan Dio seenak jidatnya dan meremas botolnya, Sasa menoleh pada Dio yang masih asik memakan jajannya.
Ia menyipit memperhatikan Dio yang memakan jajannya sambil mengerutkan kening. Sedang memikirkan sesuatu kah cowok itu? Ah, pasti iya. Dia pasti sedang memikirkan kucingnya yang entah lari ke mana.
"Cari ke mana lagi, nih?" tanya Sasa.
Sambil mengunyah, Dio menoleh padanya. Cowok itu menelan makannya terlebih dahulu kemudian menjawab, "Ada satu gang lagi yang belum ditelusuri," katanya. Ia mengambil jajannya lalu memasukkannya ke dalam mulut.
"Yang mana?" tanya Sasa.
"Lo amnesia, ya," cibir Dio.
"Nggak lah!"
Dio menelan makanannya di dalam mulut dan mengambil botol air mineralnya. Ia kemudian meminumnya dan berkata pada Sasa.
"Noh!" Ia menunjuk ke pertigaan gang di sana dengan telunjuknya. Ke gang di sebelah sana. "Kita kan belum ke sana."
Sasa mengikuti arah yang ditunjuk Dio. "Oh, iya," kata Sasa sambil mengangguk-angguk.
Dio menoleh padanya dan menatap tajam.
"Ya udah buruan jalan," katanya.
"Sekarang?"
"Ya."
Sasa mengangguk patuh. Ia mulai menjalankan sepedanya. Dio mengikutinya dari belakang. Cowok itu memerintahkan Sasa untuk mempercepat laju sepedanya dan Sasa menjalankan perintah itu tanpa protes.
Saat ingin sampai di pertigaan gang Sasa berhenti dan menoleh ke belakang. Dio mengeram mendadak karena ulah Sasa itu. Kilat marah terlihat jelas di kedua matanya.
"Kalo mau berhenti bilang sih! Jangan mendadak gini!" bentaknya sambil melotot pada Sasa.
"Maaf. Gue nggak sengaja," kata Sasa sungguh-sungguh.
Dio berdecak sebal. "Kenapa?"
"Lo ikut nyari juga, kan?"
"Nggak. Ada yang harus gue kerjain," jawab Dio.
"Ck. Lebih baik kalo lo ikut nyari juga."
"Lo budek apa gimana, sih? Gue bilang ada yang harus gue kerjain!"
"Apa? Jangan bilang lo mau ngerjain tugas!"
"Buat poster pengumuman kucing hilang."
Sasa hampir menyemburkan tawa mendengarnya. Sampai segitunya si Dio ini.
Dio tampak marah melihat Sasa akan tertawa. Ia menendang bagian samping sepeda Sasa sampai cewek itu hampir jatuh dari sepedanya. Sasa menjerit kaget atas tindakan cowok itu.
"Kenapa? Apa itu lucu?" tanya Dio dengan menatap tajam wajah Sasa.
"Nggak! Nggak kok!" kata Sasa sambil menggeleng kuat-kuat. Kedua mata Dio yang memelototinya begitu menyeramkan.
"Gue akan ngelakuin apa pun supaya kucing gue ketemu," kata Dio. Sasa mengangguk menanggapinya.
"Oh, iya. Minta nomor WA elo."
"Buat apa?"
"Ck. Buat ditulis di posternya nanti lah. Jadi kalo ada yang nemuin, bisa hubungi nomor gue atau elo, gitu," jelas Dio.
"Oke," kata Sasa. Ia mengambil ponselnya dari saku roknya. Begitu juga dengan Dio. Sasa menyebutkan dua belas nigit nomor WA-nya dan Dio mengetikkannya di ponselnya.
"Save," kata Dio saat ia mengirim pesan pada Sasa.
"Iya-iya."
"Ya udah buruan lanjut cari," perintah Dio.
"Oke," kata Sasa sambil mengangguk.
"Cari yang bener. Jangan coba-coba kabur." Lagi, Dio mengingatkan.
"Nggak. Gue nggak akan kabur," ucap Sasa. "Gue cari benar-benar," lanjutnya.
"Bagus," kata Dio sambil mengangguk puas. "Jangan langsung pulang. Setelah lo selesai nyari dengan bener, apa pun yang terjadi, ketemu atau nggaknya kucing gue, jangan langsung pulang. Tunggu gue di sini." Tanpa memberikan kesempatan bagi Sasa untuk merespon, Dio menaikkan satu kakinya ke pedal sepeda, mengayuhnya, dan pergi dari belakang Sasa. Sasa memandang cowok yang mengayuh sepedanya dengan kebut itu dengan mata menyipit.
"Asal lo tau, gue selalu sungguh-sungguh nyari kucing gendut lo," kata Sasa. Sosok Dio sudah melewati kelokan gang. Sudah tidak terlihat lagi. "Dan gue akan cari di sungguh-sungguh juga di gang ini." Sasa menatap gang di depannya.
Gang ini sepi. Tampak lengang. Dan dari tempatnya duduk di atas sepedanya, tidak ada rumah yang tampak oleh matanya. Mungkinkah memang tidak ada rumah di gang itu?
Sasa mulai mengayuh pedal sepedanya menuju gang tersebut. Di kiri kanan gang itu, hanya ada semak belukar dengan bunga-bunga liar yang tumbuh di sana. Beberapa lebah, kupu-kupu, serta serangga penghisap nektar hinggap di bunga-bunga yang ada di sana.