Mencari Kucing Dio

Nur Afriyanti
Chapter #9

Dapur dan Mobil Jeep

Dio memutar kenop pintu menuju ruang sebelah itu perlahan. Ia lalu menarik kenopnya dan membuka pintunya sedikit. Suara-suara yang tadi terdengar tidak terdengar lagi. Dio melongokkan kepalanya untuk melihat ruangan dibalik pintu itu.

"Nggak ada hantu," kata Dio lalu menoleh pada Sasa yang berdiri di belakangnya. Cewek itu tadi meminta dirinya melihat apa yang ada di ruangan itu.

"Itu ruang apa?" tanya Sasa.

"Dapur."

"Terus suara-suara tadi, suara apa? Gimana keadaan barang-barang di sana?" tanya Sasa lagi.

"Ada baskom aluminium yang jatuh ke lantai. Panci yang digantungin di paku miring. Lemari makanan sama lemari piring kebuka. Lap tangan jatoh. Wajan tengkurap dan ada minyaknya." Ia berhenti dan menoleh pada Sasa. "Kurang lebih begitu. Intinya dapur itu berantakan." 

Wajah pias Sasa menatap heran. "Kok bisa kek gitu? Siapa yang buat kek gitu?"

"Mungkin tikus," jawab Dio enteng.

Sasa mendesah pelan. "Lo nggak berpikir kalo yang ngelakuin itu hantu?" 

"Nggak," jawab Dio. "Kemungkinan emang hewan itu. Rumah ini tua," katanya. Ia lalu melongok lagi ke ruang itu. "Ada mi instan sama sayuran kering di keranjang sebelah kompor. Itu jadi incaran tikus. Ditambah lagi rumah ini sering kosong."

"Hmmmmm," gumam Sasa.

"Ya udah ayo kita cari di ruangan ini." Tanpa menunggu respon Sasa, Dio membuka pintu di depannya lebar-lebar dan masuk ke dapur tersebut. Sasa segera menyusul cowok itu dan berjalan di sampingnya.

"Lo nyari di sebelah kanan, gue di sebelah kiri," kata Dio.

"Bau kemenyan juga," kata Sasa. 

"Iya. Jadi, terbukti, ya. Nggak ada hantu. Suara-suara, suara itu tikus," jelas Dio. Sekaligus menghapus pandangan rumah ini yang menurut Sasa berhantu.

"Tapi, hawanya tetep nyeremin, Yo. Iya, itu suara tikus, tapi gue masih merinding nih. Rumah ini berhantu. Gue ngerasa itu," kata Sasa. Ia menatap sekeliling sambil bergidik ngeri. 

Kemenyan yang dibakar itu berada di atas kulkas mini yang ada di pojok sebelah kiri. Baunya tajam. Menyebar ke seluruh ruangan. Selain bau kemenyan yang semerbak, tercium bau tak sedap yang ikut menguar. Yang berasal dari sayur-sayuran dan mi instan yang sudah busuk.

"Kotor banget, ya ampun!" seru Sasa. Ia sudah menjepit hidungnya dengan jarinya untuk menetralisir bau yang sangat tidak sedap. 

"Nggak usah kebanyakan ngomong, deh. Buruan cari!" seru Dio yang sudah berjalan ke sisi sebelah kiri ruangan.

"Iya-iya," balas Sasa. Cewek itu memulai pencariannya dari kulkas mini yang ada. Sedangkan Dio memulainya dari lemari makan yang cukup besar. 

Sasa membuka kulkas mini itu. Ia semakin keras menjepit hidungnya karena bau yang berasal dari kulkas itu sangat tidak enak. Ada sayur asem yang sudah basi. Juga ada irisan nangka yang sudah busuk dengan ulat yang muncul di sana. 

Di rak minumannya ada semangkuk susu yang sudah basi dan menguarkan bau tak sedap.

Ternyata, colokan kulkas itu tidak dicolokkan. Sehingga makanan yang ada di dalamnya membusuk dan basi. Tak tahan dengan baunya, Sasa menutup pintu kulkas mati tersebut.

"Gila, pengen muntah gue." Cewek itu berdiri dan berjalan ke arah lain. Ia menoleh pada Dio yang sedang berusaha membuka kunci lemari makan yang ternyata pintunya dikunci.

"Yo, kayaknya kita nggak perlu buka lemari atau apa pun yang ada di dapur ini deh. Kan nggak mungkin kucing elo ada di suatu tempat ini. Dia nggak mungkin ada di lemari makan itu, atau di lemari piring itu."

"Hmm. Terus?" tanya Dio tanpa menoleh padanya.

"Kita langsung cari di ruangan lain aja."

Terdengar bunyi "klik". Kunci lemari itu berhasil Dio buka. Sebelum membuka membuka pintunya ia berbalik menghadap Sasa.

"Telusuri apa yang ada di dapur ini. Gue kan udah bilang, gue merasa ada ruangan lain yang tersembunyi di rumah ini. Ah, begini. Ada ruangan lain, yang pintunya entah berada di mana. Entah itu di lemari makan, kulkas, atau bahkan kompor. Gue yakin itu. Karena, rumah ini beda dari rumah yang lain. Kata lo rumah ini angker, kalo kata gue, rumah ini banyak misterinya. Ada ruangan yang tersembunyi di rumah ini. Jadi, lo buka lagi itu kulkas dan telusuri setiap bagiannya, siapa tau ada pintu ke ruangan lain itu."

Sasa terdiam beberapa detik mendengar penuturan Dio. Dio merasa. Bagaimana kalau dugaan Dio itu sama sekali tidak benar? Tidak ada ruangan tersembunyi di rumah ini.

"Yo, lo yakin ada ruangan tersembunyi di rumah ini? Kalo nggak ada gimana?" tanya Sasa setelah terdiam beberapa saat.

"Kalo nggak ada ya udah," ucapnya enteng sambil mengangkat bahu.

Sasa menghela napas pelan. "Lo yakin Sam ada di sini?"

Dio berdecak lalu melotot pada Sasa. Ia mengeluarkan kalung milik Sam dari saku celananya.

"Ini kalung Sam! Lo amnesia apa bego, sih? Kalo ada kalungnya di sini, berarti dia juga ada di sini!" kata Dio hampir marah. Bego banget anak satu ini, pikirnya.

"Ya ampun gue lupa," kata Sasa sambil menutup mulut. Cewek itu hampir tertawa.

"Dasar! Ya udah lanjut cari!" kata Dio dengan jengkel.

Klonteng!

Tiba-tiba panci yang yang di gantung di dinding jatuh ke lantai. Sasa sontak menjerit dan berlari ke arah Dio.

Lihat selengkapnya