Mencari Kucing Dio

Nur Afriyanti
Chapter #10

Misi Kali Ini: Menemui si Pemilik Rumah Tua

Keesokan harinya, pagi hari saat di sekolah, Sasa menghampiri Dio di kelasnya. Kebetulan Dio sudah berangkat saat Sasa mencarinya. 

Kepala Sasa muncul di bingkai pintu kelas Dio. Saat melihat Dio ada di bangkunya, dengan langkah cepat Sasa menghampirinya.

Dio yang sedang menulis sesuatu di bukunya mendongak padanya saat ia datang.

"Apa?" tanyanya.

Sasa duduk di kursi yang berada di depan Dio. Ia menatap mata Dio lurus-lurus lalu berkata, "gini, Yo. Mendingan kita datangi pemilik rumah tua itu."

"Terus?" tanya Dio.

"Ya kita ngomong, eh tanya, kucing lo ada di sana apa nggak? Kalo ada tolonglah kembaliin ke elo."

Dio menyenderkan punggungnya di kursi. Ia lalu menggeleng perlahan.

"Gue rasa nggak bisa," ucapnya.

"Lha? Nggak bisa gimana?" tanya Sasa.

"Lo tau nggak siapa pemilik rumah tua itu?" Sasa menggeleng.

"Bener nggak tau?" tanya Dio dan Sasa menggeleng lagi.

"Kalo yang punya rumah tua itu hantu gimana?"

"Ih!" Sasa langsung menjerit dengan suara keras. "Kok lo ngomongnya gitu sih?"

"Cuma kalo," bela Dio kalem. "Gini, pengemudi mobil kemarin, menurut lo itu pemilik rumah tua itu bukan?" tanya Dio.

Sasa tampak berpikir sebentar. Ia lalu mengangkat bahu. "Gue nggak bisa nebak sih."

"Nah, itu. Masih jadi pertanyaan. Itu siapa? Dan kenapa dia mepet kita sampe kita jatuh ke selokan gitu," kata Dio.

Kedua remaja itu terdiam selama beberapa menit. Berpikir apa yang akan mereka lakukan nanti. 

"Gini aja," kata Dio pada Sasa. "Kita cari tau siapa pemilik rumah tua itu. Apakah hantu? Atau manusia? Gimana sifatnya. Kayaknya, bener kata lo. Kita harus nemuin pemilik rumah itu."

"Oke-oke," kata Sasa sambil mengangguk.

"Gue sih yakin dia manusia," kata Dio. "Semoga Sam baik-baik aja deh," lanjutnya.

"Terlalu mustahil kalo yang punya rumah itu hantu," kata Sasa. "Dan soal kucing elo, menurut gue sih dia nggak papa. Sebagai bukti, kita nemuin makanan kucing di dapurnya. Kalo si Sam ada di sana, berarti orang itu ngasih Sam makanan, dia baik dong. Artinya Sam baik-baik aja. Cuma kita belum tau aja, ada di mananya kucing lo itu."

"Masuk akal," kata Dio sambil mengangguk. "Ya udah sana lo balik ke kelas. Sepulang sekolah nanti, kita cari tau siapa pemilik rumah itu, gimana wujudnya, sifatnya, dan sebagainya. Selanjutnya, kita temui orang itu."

"Oke. Gue balik ke kelas." Sasa berdiri dari duduknya.

"Sampai ketemu sepulang sekolah nanti."

"Keoo…" ucap Sasa lalu membalikkan badannya dan melangkah keluar.

Dio mengambil pulpennya dan kembali mengerjakan tugas yang belum ia selesaikan.

***

Sesuai kesepakatan, sepulang sekolah mereka mencari tahu siapa pemilik rumah tua itu. Mereka memutuskan bertanya pada orangtua masing-masing terlebih dahulu. Lalu setelah itu, keduanya berjanji bertemu di TKP kucing Dio lari.

"Mama nggak tau, Sa." 

Itu kata Mama Sasa. Beliau tidak tahu siapa pemilik rumah tua itu. 

"Nggak pernah liat orangnya," lanjut Mamanya.

Sasa lalu bertanya pada papanya lewat telepon. Papanya yang sedang berada di luar kota itu juga tidak tahu. 

Karena informasi dari kedua orangtuanya nihil, Sasa memutuskan segera ke gang tempat kucing Dio lari. Dio belum ada di sana. Ia baru datang setelah sepuluh menit Sasa menunggu.

"Mama sama papa gue nggak tau, Yo," ucapnya begitu Dio menghentikan sepedanya di depannya. Cowok itu mengangguk. "Gimana sama orang tua elo?" tanya Sasa.

"Kata Mama gue, yang punya rumah itu orang Jepang."

"Oh." Sasa mengangguk. "Terus apalagi?" 

"Sayangnya cuma itu yang Mama gue tau. Beliau nggak terlalu kenal sama itu orang. Taunya cuma itu," jelas Dio.

"Oh, ya udah deh. Jadi, kita nanya ke siapa lagi, nih?" tanya Sasa.

"Nah, itu untung gue udah mikir. Kita tanya aja sama orang yang rumahnya paling deket sama rumah tua itu."

"Rumah yang mana? Kan rumah tua itu nggak punya tetangga."

"Ck. Mikir dong! Ya kita tanya sama yang rumahnya sebelum pertigaan gang itu dong."

"Ohh… oke-oke."

"Ya udah ayo sekarang kita ke sana," kata Dio dan Sasa mengangguk.

Beriringan, dengan Sasa berkendara di depan Dio, mereka menuju ke rumah yang berada sebelum pertigaan gang. Rumah yang paling dekat dengan rumah tua. 

"Rumah sebelah kanan atau kiri?" tanya Sasa saat akan sampai pertigaan.

"Kiri!"

Sasa membelokkan sepedanya ke rumah bercat biru muda. Ia memberhentikan sepedanya di pekarangan rumah berumput hijau yang dipangkas rapi. Dio berhenti di sebelah kanannya. Seorang remaja cewek yang sedang menyirami tanaman di samping rumahnya menoleh pada Sasa dan Dio. Ia meletakkan selang air yang ia pegang kemudian menghampiri mereka. Berbarengan dengan mereka yang turun dari sepeda.

"Assalamualaikum," ucap Dio dan Sasa berbarengan.

Cewek itu tersenyum dan membalas salam Dio dan Sasa.

"Ada apa, ya?" tanya cewek itu.

Dio menjelaskan tujuannya ke rumah tersebut pada cewek itu.

"Mau ngapain kalian ke sana?" tanya cewek itu.

"Nyari kucing gue," jawab Dio.

"Emang, kucing elo beneran ada di sana?" tanyanya pada Dio.

"Beneran," ucap Dio pendek. Ia enggan menjelaskan bahwa ia dan Sasa sempat memasuki rumah tersebut tanpa izin.

Cewek itu memandang Dio dan Sasa bergantian dengan tajam.

Lihat selengkapnya