Hidup tak sebebas apa yang aku pikirkan, begitulah tulis tangan dicatatanku. Memang begitu. Menurutku, tapi tidak tahu sama atau tidak. Barangkali sepemikiran denganku. Kenapa aku bisa bilang begitu? Karena aku merasa tidak bebas untuk memilih apa yang aku inginkan. Selalu saja ada orang yang tidak suka dan tidak terima atas pilihanku sendiri, dan pastinya dia akan meracuni otakku dengan kata-katanya yang membuatku ragu akan pilihanku sendiri.
Aku tahu setiap orang berbeda pemikirannya, tapi apakah salah karena aku berbeda dengannya, beda dengan pemikirannya, beda pula pemahamannya? Hingga asumsi-asumsi itu membelenggu, membuatku dilema.
***
Hal itu aku sempat punya masalah dengan teman kosku. Dia bernama Denis, tidak hanya teman kos, melainkan sahabat dari kota asalku di Ngawi. Persahabatan kami sudah lama terjalin sejak masih duduk di bangku SMK. Namun, hanya gara-gara perbedaan pemahaman saja membuat kami bertengkar.
Perubahan sifat Denis terhadapku sudah tiga tahun sebenarnya. Sejak aku keluar dari pekerjaanku di digital printing, dan beralih menjadi wartawan. Awal-awal perubahan sifatnya, aku sendiri tidak merasa ia membenciku, malah seringkali aku mengajaknya makan, membagi rokokku, berbicara, basa-basi menanyakan soal pekerjaan. Tapi, tiapkali ia memberi respon yang tidak mengenakan bagiku.
Hingga aku tahu ia menjauhiku. Entah apa masalahnya? Dan, aku orangnya tidak mau cari tahu apa penyebabnya. Bukannya itu seperti kita menjatuhkan diri sendiri? Menanyakan orang-orang yang membenci kita, soal apa salah kita. Pasti mereka akan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan, dan aku nggak mau perkataan menjengkelkan tentang diriku, keluar dari mulut-mulut mereka. Begitulah yang ada di pikiranku.
Sifat Denis seperti itu, hanya ditujukan kepadaku saja di kosan, tidak dengan teman-temanku yang lain seperti Shahrul, apalagi dengan Pieter. Dia cukup dekat dengan Pieter akhir-akhir ini. Aku pikir Shahrul dan Pieter juga ikut membenciku, jika itu terjadi mungkin aku sudah pergi dari kosan itu, karena banyak musuh. Tapi, untung saja mereka berdua masih tetap menganggapku teman. Bahkan, mereka juga prihatin dengan relasi persahabatanku dengan Denis yang semakin renggang.