Perihal kebakaran gudang batik di Jalan Mayor Suroyotomo waktu itu akhirnya terungkap. Aku mendapat kabar dari Pak Irwan selaku Komisaris Polisi melalui chat grup yang dibuatnya sendiri, yang di dalamnya ada para awak media.
Motif pelaku pembakaran gudang batik, empat pelaku mengaku mereka adalah suruhan dari seseorang yang merasa dirugikan oleh pihak pemilik gudang batik itu.
Tersedianya teknologi yang canggih, aku bisa mendapatkan semua informasi dengan mudah. Di dalam pesan grup, Pak Irwan menjelaskan, “Kita masih dalam proses pencarian, siapa otak dari empat pelaku itu. Mereka ditangkap di Stasiun Lempuyangan, hendak melarikan diri, namun sayang rencananya digagalkan oleh polisi."
Wartawan-wartawan lain dalam chat grup melemparkan berbagai pertanyaan, yang kemudian langsung dijawab dengan cepat oleh Pak Irwan. Aku pun juga turut menanyakan apakah ada pengaruh lain seperti obat-obatan atau minuman beralkohol? Dan Pak Irwan menjawab tidak ada, katanya itu murni dari suruhan seseorang, yang mana masih belum bisa mengungkap siapa orang itu.
Setidaknya itulah berita yang aku dapatkan hari itu, Mas Chilmi terus menekankanku untuk terus mengejar kasus kebakaran gudang batik. Aku tahu ia pasti tidak ingin beritanya kalah cepat dengan media-media lain. Memang, aku rasakan, begitu persaingan media.
***
Semua tugas liputan telah selesai sesuai rencana, termasuk kasus kebakaran gudang batik. Seperti biasanya setelah tugas liputanku selesai, aku kembali ke kantor. Dalila seperti biasanya menyapaku, kala aku melintasi mejanya. Aku tak bisa memahaminya kenapa ia seperti itu? Dan seperti biasanya aku hanya membalas senyum, dan sekadar melintas.
"Di dekat stasiun Lempuyangan itu lho, Dik. Di situ ada angkringan yang enak banget, selain itu ada juga tempat spot foto yang bagus, dengan background tembok tua, atau nggak rel kereta." Begitulah sekiranya percakapan di meja redaksi kota, aku yang baru saja sampai segera menyimak percakapan mereka.
"Itu pernah dimuat koran kita minggu lalu, kan, Wi?" Andika memastikan mengingat-ingat lagi tempat itu, "Udah pernah ah, yang belum pernah gitu lo."
"Di Gunungkidul." Aku yang baru saja datang, tanpa perlu bertanya apa yang sedang diobrolkan, langsung menyahut obrolan mereka.
"Jauh banget," kata Andika.