Mencari Pesan

Setiawan Saputra
Chapter #23

Dua Puluh Tiga

Dari sinilah aku mencatatkan di mana saat itu, tidak ada waktu lagi untuk bertemu dengan Eliza. Liputan mendadak di waktu-waktu mau pulang jadi salah satu alasannya. Pulang lebih malam dari biasanya, tidak sempat mampir ke kafenya, bahkan sekedar memberinya kabar, aku terlalu lelah ketika sampai di kosan, dan pastinya aku memutuskan segera tidur.

Pada hari itu Andika absen tidak aktif bekerja, ia pulang ke kampung halamannya. Maka akulah yang menghandel pekerjaannya, dan aku yang menghadiri undangan acara di kantor-kantor partai.

Tepat di hari itu pula, aku baru meninggalkan kantor partai sekitar jam sembilan malam. Eliza menanyakan keberadaanku terus, dan aku jawab sedang ada urusan. Ia pun mengingatkanku untuk segera istirahat, beruntungnya masih ada perhatian darinya. Namun, niatku untuk segera beristirahat terhalang oleh suatu kejadian yang menimpaku saat berada di perjalanan pulang.

Aku tidak menduga sebelumnya, lagi-lagi itu bisa terjadi denganku. Ketika aku berhenti di persimpangan, menunggu lampu hijau untuk berjalan. Ada setidaknya dua motor berhenti di sampingku. Awalnya, ada satu motor berhenti di sisi kananku, dan kemudian satu motor lagi berhenti di sisi kiriku.

Satu orang yang berada di sisi kiriku memukulku dengan senjata pentungan, pukulannya mengenai helmku, untung saja aku tidak terjatuh. Ditambah orang yang berada di sisi kanan juga menyerangku menggunakan kakinya, aku masih bisa bertahan tidak jatuh dari serangan-serangan mereka. Segera aku melajukan motorku menerobos lampu yang masih menyala merah, mereka pun mengejarku.

Hingga aku sampai di sebuah halaman ruko mini market yang sudah tutup, aku berhenti di sana langsung berhadapan dengan tiga orang yang sedari mengejarku. Melihatku berhenti dan turun dari motor, mereka langsung menyerangku. 

Untung saja aku mempunyai reflek cepat, dan kemampuan bela diri. Aku berhasil menghalau pukulan dari salah satu tiga orang itu, dan membalas dua kali pukulan menggunakan helm. Pukulan pertamaku mengenai dagu, dan pukulan kedua mengenai wajahnya. Salah satu orang berkedok itu pun tergeletak di tanah.

Lihat selengkapnya