Mencari Pesan

Setiawan Saputra
Chapter #24

Dua Puluh Empat

Kesibukanku memang benar-benar menyita waktuku bersamanya, tapi akhirnya aku punya kesempatan datang ke Kafe Rembulan, dan bertemu dengan seorang yang aku rindui. Sungguh aku kangen banget sama Eliza sudah berapa hari tidak bertemu dengannya, dan aku berharap ia juga merindukanku.

“Mbak Eliza masih ada urusan, Mas,” kata Dinda seorang pegawainya. Aku memang tidak melihat Eliza di kafe, aku tidak tahu di mana dia. Mungkin memang sedang ada kesibukan saja, atau sedang mengunjungi cabang-cabang kafenya, entah itu di Sleman atau di Bantul.

Tak perlu memikirkan macam-macam tentangnya, aku langsung memesan minuman favoritku, dan duduk di tempat seperti biasanya. Segera aku membuka notebook, dan fokus pada tulisan-tulisan yang sedang aku kerjakan hari itu.

 “Lama nggak kemari, Mas.”

Suara itu mengejutkanku, aku langsung mendapati Eliza yang berdiri di hadapanku, tersenyum membawakan secangkir matcha pesananku. Ia pun meletakan minuman itu ke atas meja, dan kemudian duduk di hadapanku.

“Sekarang sibuk banget ya kayaknya, sampai lupa ada yang nungguin di sini.”

Perkataan itu seakan menamparku, sementara aku hanya diam memikirkan itu. Oke, memang salahku. Aku tidak punya banyak waktu untuknya, selain tidak menemuinya, aku juga jarang menghubunginya melalui pesan whatsapp maupun telepon.

“Maaf, Za. Kemarin banyak urusan di pekerjaanku.” Begitu kataku.

Eliza tersenyum mendengar permintaan maafku, “Yang penting, ingat waktu dan jaga kesehatanmu ya, Dran.”

Aku mengangguk serta tersenyum, “Iya, Za” ucapku setelahnya. Lantas aku meraih tangannya, dan menggegamnya. Aku selalu merasakan ketenangan ketika menggenggam tangannya itu, ditambah ia memberikan elusan kecil dengan jemarinya mengenai punggung tanganku, yang membuatku terasa nyaman di situ.

“Oh ya, Dran. Aku mau tanya sesuatu.” Seperti biasa Eliza mencarikan topik untuk memulai pembicaraan denganku.

“Tanya apa?”      

“Apa sih, yang membuat kamu harus pergi dari rumah, dan memilih hidup sendiri?” Aku tidak mengerti kenapa Eliza tiba-tiba menanyakan hal itu kepadaku.

Aku diam tidak langsung menjawab, masih memikirkan pertanyaan itu, mencari jawaban yang pas atas pertanyaannya tadi, “Karena …, aku punya tujuan.” Itu jawabanku, setelah terlintas dalam benakku, “Aku ingin mengejar semua impianku, dan aku tidak mau terus tinggal di sana, karena aku ingin bebas memilih apa yang aku inginkan.” Kalimat itu seperti air yang mengalir, terus melintas dalam benakku, hingga membuatku terlihat mudah mengucapkan kalimat-kalimat seperti itu sebagai jawabannya.

“Aku tau, kamu adalah anak yang ingin mempunyai kebebasan, kan?”

Lihat selengkapnya