“Badran..” Seorang perempuan berdiri melambaikan tangan, menyambut kedatanganku di kafenya. Di sana aku melihat Eliza duduk bersama seorang pria paruh baya. Tak perlu banyak tanya lagi tentang siapa pria itu. Aku segera menghampirinya.
“Ini yang kau maksud Badran, pria si alis tebal itu?” Ia bertanya pada Eliza, terdengar dari logatnya seperti orang batak. Segera aku langsung menyalaminya dengan penuh hormat, setelah tahu itu papahnya.
“Duduk, Nak.”
Aku mengangguk, dan menuruti pintanya. Sementara itu aku masih diam tak bisa berkata-kata, ini pertama kalinya aku bertemu papahnya. Entah kenapa bisa semendadak ini aku bertemu dengan papahnya Eliza. Jadi aku tidak ada persiapan sama sekali saat-saat berada di hadapannya.
“Kini saatnya kau bawakan kami minuman sama camilan ya, Eliza,” katanya kepada putrinya.
Eliza mengangguk, kemudian beranjak dari tempat duduknya, dan pergi menyisakanku dengan papahnya itu.
“Aku papahnya Eliza.” Pria itu memperkenalkan diri, sementara aku masih terdiam di situ. Jujur aku tidak tahu harus bersikap seperti apa.
“Heran melihatku?” Pria itu tertawa seolah meledekku, aku lihat perut buncitnya itu bergoyang saat ia tertawa, “Memang udah tiga tahun aku tak bertemu Eliza, karena setelah mamahnya meninggal, aku terlalu sibuk di Jakarta.”
Aku hanya mengangguk, mendengarnya bercerita.
Sedikit aku jelaskan tentang papahnya Eliza, beliau bernama Pak Yoga. Saat ini bekerja di IDN News, kantor pusatnya berada di Jakarta. Pak Yoga di sana menjabat sebagai Pemimpin Redaksi. Hal itulah yang membuatku terkejut, tak menyangka ternyata papahnya Eliza adalah seorang pemred dari media ternama di Nusantara. Pertemuanku dengan Pak Yoga bisa jadi salah satu pertemuan yang spesial bagiku.
“Kamu tinggal di mana, Nak?” tanya beliau.
“Saya ngekos, Pak. Di Sosromenduran,” jawabku.
Akhirnya pun pertanyaan-pertanyaan template basa-basi orang Indonesia saling terlontarkan antara aku dan Pak Yoga. Aku menceritakan kepada beliau, kalau aku ini bukan orang asli Jogja. Aku merantau dari Palopo, sudah lima tahun aku di sini.
“Kalau nggak salah, kau kerja di Jogjapolitan?”