Cuaca tadi sempat cerah, tapi secara tiba-tiba mega gelap datang menyapu bintang-bintang. Dan akhirnya hujan pun turun mengguyur deras, tepat ketika aku berada di perjalanan hendak mengantarkan Eliza pulang. Aku pun memutuskan untuk menepi, berteduh, dan menyiapkan mantel.
“Kamu nggak bawa mantel?” Aku bertanya, setelah aku mengeluarkan mantel lengkap bersama celana, dan mantel untuk ranselku.
“Nggak, Dran.” Ia menggeleng, “Kamu nggak liat aku cuma bawa ini?” Eliza menunjukkan tas kecilnya, dan di situ aku baru sadar mana mungkin mantel bisa masuk ke dalam tas sekecil itu.
Oke, aku harus berpikir cepat untuk mencari solusinya. Saat itu sudah pukul 22.15 wib dan hujan masih belum juga reda. Mengingat kata papahnya sebelum berangkat tadi, “Eliza harus pulang sebelum jam setengah sebelas.”
Berarti aku hanya punya waktu lima belas menit, kalaupun aku dan dia masih bertahan di situ, nannti bisa-bisa sampai rumahnya satu jam lebih lambat dari jam yang sudah dijanjikan. Mau tak mau, aku pun segera mengambil keputusan.
“Mana sini tasmu.” Aku memintanya, saat itu aku sedikit nekat mengambil sebuah keputusan.
Eliza langsung menyerahkan tasnya waktu itu, entah ia tahu atau tidak apa yang akan aku lakukan. Setelah menerima tasnya, segera saja aku memasukannya ke dalam ransel, lantas membungkus ranselku itu dengan mantel tas yang aku bawa.
“Kamu pakai mantel ini.” Aku memberikan mantelku pada Eliza.
Eliza tidak langsung menerima apa yang telah aku berikan, ia malah bertanya, “Kamu nggak pakai mantel?”
Aku hanya menggeleng sebagai jawabanku, tanganku masih setia menunggunya menerima mantel yang aku berikan kepadanya.
“Nanti kamu basah.” Dia masih belum menerima mantelku.
“Namanya juga hujan,” jawabku.
Aku lihat ia tertawa, “Nanti kamu sakit gimana?” katanya lagi.
“Semoga tidak, doakan aku agar tidak sakit,” jawabku demikian.
Eliza tertawa lagi atas jawabanku barusan. Ya begitulah aku, kalau sudah cinta apapun akan aku lakukan untuknya, asalkan masih dibatas kewajaran. Akhirnya aku berhasil memaksa tangannya menerima mantelku, senang aku melihatnya. Segera aku menaiki motorku bersama Eliza, dan melanjutkan perjalanan yang tadinya sempat terhenti karena hujan deras.