Mencari Pesan

Setiawan Saputra
Chapter #33

Tiga Puluh Tiga

“Selamat ulang tahun, Badran.” Eliza menyambut kedatanganku penuh dengan senyuman. Aku lihat ia membawa napan yang atasnya terdapat segelas es matcha dan sepiring dendeng balado. Pertama kali aku lihat makanan dendeng balado di kafenya. Padahal sebelumnya tidak ada menu makanan itu.

“Ini menu baru ya?” tanyaku kemudian.

“Nggak.” Eliza menggeleng, lantas ia tersenyum, “Ini spesial buat ulang tahunmu, Dran.”

“Ohh, spesial banget gitu ya.” Aku tertawa, “Makasih ya, Sayang.”

Eliza pun mengulum senyum aku melihatnya, “Sama-sama, Sayang. Udah itu makan dulu, pasti belum makan, kan?”

Aku tidak langsung menyantap makanan di atas meja, masih memperhatikan makanan itu, “Kalau nggak salah ini masakan khas Sumbar ya?” tanyaku.

“Iya, Dran.” Eliza hanya mengangguk, aku tahu betul itu masakan khas Sumbar, aku pernah mencobanya waktu Pipah pulang dari Sumbar, ia membawakan dendeng balado saat di kantor, dan semua tim hingga Mas Chilmi pun disuruh mencobanya.

“Kok kamu tau cara bikinnya sih?” Tanyaku lagi, masih belum menyantap makanan itu.

“Baca, Dran,” jawabnya, “Tapi aku pernah coba makanan ini ketika aku main ke Sumbar, dan ini jadi favoritku, bahkan setiap pergi ke Sumbar, makan dendeng balado adalah salah satu destination list yang tak terlewatkan. Hingga akhirnya, aku pelajari resepnya, sampai aku bisa bikin sendiri. Jadi kalau pengen makan dendeng balado, tak perlu lagi tuh jauh-jauh pergi ke Sumbar,” begitu penjelasannya.

“Keren ya kamu, bisa masak sendiri. Perempuan idaman memang,” ucapku menatap dalam matanya.

Seketika Eliza menepukan kedua tangannya tepat di depan mataku, membuat lamunanku seketika membuyar, “Udah itu dimakan, jangan banyak gombal.”

Aku pun langsung memegang garpu dan sendok, segera mengeksekusi makanan yang ada di hadapanku, “Aku cobain ya?” Kini secuil daging sudah terangkat di ujung sendok.

“Silakan, Mas Badran. Semoga kamu suka.” Eliza tersenyum melihatku yang perlahan-lahan memasukkan secuil daging itu ke dalam mulutku. Aku mengunyah daging itu pelan-pelan, sembari menikmati citra rasanya yang khas.

“Ini beneran masakanmu sendiri?” Tanyaku setelah menelan habis secuil daging tadi.

“Iya aku yang masak, Dran” jawabnya, “Gimana rasanya, enak?” Eliza terus memperhatikanku sedang mencoba masakannya itu. Aku tahu Eliza pasti sedang gusar, karena takut masakannya nggak enak, dan pada ujungnya aku nggak suka.

Tapi, itu tidak seperti yang Eliza takutkan, aku sendiri yang merasakan, bahwa dendeng balado buatan dia itu memang benar-benar enak, dan aku sangat suka, “Enak kok, Za,” jawabku. Untuk meyakinkannya bahwa masakannya benar-benar enak, aku pun memotong lagi secuil daging dan segera aku menyantapnya dengan lahap.

“Rasanya, seperti masakan ibu sendiri,” kataku kemudian, lantas aku segera menyantap dendeng balado itu dengan lahap hingga habis.

Lihat selengkapnya