Mencari Pesan

Setiawan Saputra
Chapter #42

EMPAT PULUH DUA

Berangkat jam tujuh pagi dari kantor pusat Jogjapolitan. Aku, Dalila, juga Pak Tono sebagai sopir harus menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam menuju Panjatan, Kulon Progo.

Aku dan Dalila duduk di baris ke dua, sementara kami hanya berdiam diri, tak ada kata-kata sedikitpun yang terucap. Aku sibuk memandang jalan-jalan yang kami lewati melalui jendela, sedangkan Dalila tadi aku lihat, dirinya sibuk dengan ponselnya sendiri sambil mendengarkan musik melalui eraphone-nya.

Lima belas menit perjalanan dari kantor tak ada kata yang terucap, kami hanya diam, menikmati perjalanan.

“Nanti kita kemana dulu, Mas?” Dalila membuka percakapan dengan sebuah pertanyaan.

Aku yang sedari tadi memandang jalanan yang terlintas, kini beralih menatapnya, “Ke kantor biro Kulon Progo.”

“Terus tugas kita ngapain, Mas?”

“Yang jelas liputan sih, Lil.”

“Bener juga ya.” Dalila menyeringai, aku kali ini bisa tersenyum dibuatnya, sedikit menggelengkan kepala. Entah, pertanyaan macam apa yang diberikan Dalila? Sungguh aku tidak bisa memahami tingkahnya.

“Aku tidak tau kita liputan apa aja di sana, yang jelas kita pergi ke kantor biro terlebih dahulu, untuk menemui Mas Angga kepala Biro Kulon Progo.” Aku pun menjelaskan kepadanya setelah itu.

Aku lihat Dalila hanya mangut-mangut mendengar penjelasanku, kemudian aku sudah kembali ke posisi semula. Menyandarkan punggung di sandaran kursi, sambil menatap jalanan yang aku lewati dengan mobil itu. Itulah titik ternyamanku ketika berada di dalam sebuah kendaraan.

***

Lima puluh lima menit perjalanan berhasil kami tempuh, hanya sedikit terjebak macet saat berada di kota, setelah itu lancar sampai Kabupaten Kulon Progo. Pak Tono memarkir mobilnya tepat di halaman sebuah bangunan rumah kecil.

Rumah kecil itulah kantor biro Kulon Progo milik Jogjapolitan, di bagian depan di sisi samping terdapat ruang khusus administrasi, di sebelahnya ada ruangan lobi untuk tamu, terdapat sofa panjang melingkari meja persegi panjang, dan ketika masuk ke dalam terdapat beberapa meja-meja dan komputer untuk redaksi.

Mas Angga sang kepala biro, menyambut kedatangan kami, ia mengajak aku dan Dalila duduk di ruang lobi. Suasana kantor itu sepi, hanya dua pegawai administrasi yang sedang bekerja di ruangannya. Sementara para wartawan juga tidak ada di kantor, mungkin mereka sedang berkeliaran mencari berita.

“Akhir-akhir ini memang kami sering menghimpun berita ke pusat soal banjir dan tanah longsor, memang itu persitiwa yang sering kami liput berapa hari terakhir. Mungkin berita lain, ya berita soal pendidikan dan ekonomi, itu pun masih tak lepas dari peristiwa tersebut, karena masyarakat di sini sedang mengeluhkan bencana-bencana itu yang terus menimpa daerah ini.” Mas Angga menjelaskan kepada kami, setelah seorang pria paruh baya menyuguhkan tiga gelas kopi hitam dan segelas teh hangat di atas meja.

Lihat selengkapnya