Mencari Pesan

Setiawan Saputra
Chapter #49

EMPAT PULUH SEMBILAN

“Oh iya, Pah. Berita soal acara peluncuran dan perayaan royalti buku di UMY itu gimana?” Tanyaku pada Pipah, saat itu aku teringat sesuatu tentang salah satu beritanya yang menarik bagiku.

 “Sudah, Mas. Tadi acaranya.” Pipah menjawab.

“Terus apa aja yang didapatkan di sana, Pah?” Aku bertanya lagi

“Tadi tuh, penyerahaan royalti sebagai tolak pacu ketekunan dosen yang berjuang merampungkan karya penulisan buku, Mas.”

“Buku apa aja itu, Pah?”

“Ya, katanya sih buku hasil riset, bisa juga buku ajar dan monograf.”

“Menarik tuh.” Dwi yang awalnya sibuk mengoreksi berita-beritanya, langsung tertarik dengan percakapan kami, “Jarang lo, orang-orang yang mempunyai ketekunan untuk menulis, apalagi di kalangan pengajar. Kalau tidak ada ajakan seperti itu ya tidak akan bisa. Bisa sih, cuma tidak disertai dengan ketekunan, kan percuma juga.”

“Benar, Mas.” Pipah sepakat dengan Dwi, “Ajakan menulis itu sebagai wujud pencapaian tertinggi, salah satunya menjadi guru besar dengan cara melakukan banyak publikasi tulisannya.”

Di tengah-tengah keasyikan kami membicarakan soal berita tersebut, saat itulah ponselku berbunyi, pertanda ada panggilan masuk. Setelah aku melihat layar ponselku, ternyata Mas Chilmi yang memanggilku.

Sejenak aku berbicara dengan redakturku melalui sambungan telepon whatsapp, Mas Chilmi memintaku datang ke lantai 3 Warung Redaksi, ada yang mau dibicarakan katanya. Setelah menutup telepon itu aku segera berdiri dari kursi, “Aku ke atas dulu ya, ada panggilan dari Mas Chilmi,” kataku pada teman-teman seredaksiku. 

***

“Duduk, Dran.” Mas Chilmi tersenyum melihat kedatanganku, ia pun mempersilakanku duduk. Aku mengangguk, lantas duduk di hadapannya. Sementara itu aku masih belum tahu apa maksud panggilannya, sesuatu apa yang mau dibicarakan. Aku masih belum tahu.

Lihat selengkapnya