MENCARI SURGA 2

memia
Chapter #1

#1 Menunggu

Pagi ini seperti biasa, Ann sedang menyiapkan sarapan dan Ali datang dengan pakaian kerjanya yang sudah rapi . Goreng ikan kembung, capcay goreng dan segelas susu putih sudah tersaji di meja makan.

"Hari ini aku mungkin akan pulang telat, ada kunjungan ke beberapa tempat, takutnya sampai malam. "

Ann mengangguk, sebenarnya kepalanya daritadi terasa pusing tapi ia menahannya, mungkin hanya pusing biasa. Tapi Ali memperhatikannya, melihat wajah pucat Ann.

"Kamu sedikit pucat sayang, kamu sakit?"

"Ah gak apa-apa hanya pusing sedikit." Jawab Ann sambil menghabiskan minumannya.

Ali berdiri, lalu meraba kening Ann kemudian membawa istrinya itu masuk kamar dengan sedikit memaksa.

"Kamu istirahat aja ya, aku ambil obat dulu..."

Ann menahan lengan Ali. "Aku gak apa-apa. Sebaiknya segera berangkat nanti telat lho."

Ali menatap istrinya, tiba-tiba ia tersenyum sendiri. Lalu beranjak ke arah lemari dan mengambil sesuatu.

Sebuah testpack.

"Cek ya, siapa tahu kan? Soalnya kamu jarang sekali kelihatan pucat dan pusing-pusing seperti ini."

"Tapi kak..."

"Aku akan menunggu, masih ada waktu kok."

Ann hanya menghela napas, lalu dibantu Ali berjalan ke kamar mandi.

Di usia pernikahan mereka yang hampir menginjak sepuluh tahun, Tuhan masih belum memberikan anugerah itu, kehadiran seorang anak yang akan melengkapi kebahagiaan mereka. Hampir setiap hari rasanya mereka menduga-duga, menerka-nerka tanda-tanda kehamilan dari Ann. Segala pengobatan telah mereka coba, tapi selalu berakhir dengan kekecewaan. Bahkan oma pernah mengajak pasangan ini untuk menemui dan konsultasi dengan dokter kandungan yang terkenal di Inggris. Tapi tetap saja tidak menghasilkan apa-apa.

Keduanya sehat, setelah dilakukan beberapa kali cek laboratorium untuk kandungan Ann maupun reproduksi Ali. Tidak ada kelainan atau sesuatu yang bisa mencegah keduanya untuk mempunyai anak. Sampai keduanya pasrah dan mengembalikan semuanya kepada yang diatas.

Kehadiran anak yang tak kunjung datang tidak mengganggu kebahagian yang selalu menyelimuti keduanya. Meskipun mungkin dalam hati masing-masing tersimpan harapan yang amat besar akan kehadiran pelengkap rumah tangga mereka. Mereka masih tetap saling mencintai, terlebih Ali yang begitu memperlakukan Ann dengan baik, cintanya yang terlalu besar hingga membuat wanita itu merasa beruntung mempunyai suami seperti Ali.

Ali kembali membaringkan Ann di kasur, terlihat sekali laki-laki itu sangat berharap tes kehamilan kali ini membawa berita bahagia. Setelah beberapa menit menunggu, keduanya kembali merasakan kekecewaan. Benda itu, sekali lagi menunjukkan satu garis merah.

Ali mencium kening Ann, lalu mengelus lengannya.

"Tidak apa-apa, kita masih bisa mencobanya lagi."

Ann tidak bisa menyahut hanya mengangguk pelan, lalu membiarkan suaminya itu pergi dengan raut wajah yang sama setiap dirinya selesai melakukan testpack, kecewa.

Wajah itu yang selalu membuat Ann terluka, sampai ia harus menahan sesaknya sendiri. Tangannya masih memegang testpack yang menunjukkan satu garis itu. Merasakan kembali pusing di kepalanya, Ann mencoba berpikir tenang dan melupakan kejadian yang sama dengan sebelumnya. 

Ann terbatuk ketika merasakan dadanya berdenyut sakit. Ia bangkit perlahan untuk membuang benda di tangannya. Ann tidak boleh tenggelam dalam kesedihannya sendiri. Ia harus kuat, seperti Ali yang selalu membuatnya tetap berdiri sampai sekarang.

Lihat selengkapnya