MENCARI SURGA 2

memia
Chapter #5

#5 Salah Paham

Ann masih terdiam ketika Ali selesai mengutarakan semua maksud dan tujuannya setelah mereka menyelesaikan makan malam dan duduk santai di depan televisi. Ann masih menimbang-nimbang, dan memikirkan semua yang akan terjadi ketika Ann tidak berada di sekolah dan yayasan.

Apa yang akan mereka lakukan adalah hal baik dan Ann tahu itu adalah demi hadirnya buah hati diantara mereka. Namun, selalu saja ada yang harus dipikirkan dari berbagai hal. Yayasan dan sekolah sedang menerima banyak anak yang datang. Memang ada pegawai yang membantunya tapi tetap saja, Ann merasa belum puas kalau dirinya tidak terjun langsung mengawasi mereka.

"Sekolah saat ini sedang sibuk, aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan begitu saja. Aku rasa hal ini bukan langkah yang tepat untuk saat ini, kak."

"Aku hanya meminta kamu istirahat di rumah, bukan berhenti mengawasi sekolah."

Ann bimbang, apa yang akan ia lakukan di rumah, ia pasti akan bosan. Ann terbiasa menggerakkan tubuhnya untuk bekerja. Bukan, bukan Ann tidak peduli dengan permintaan Ali. Ia akan mendukung dan pasti mengikutinya karena ia juga masih menantikan sang buah hati hadir di tengah-tengah keluarga mereka.

Hanya, saat ini bukanlah waktu yang tepat. Masih banyak anak-anak yang membutuhkan perhatiannya. Ann tidak tega untuk meninggalkan mereka dalam jangka waktu yang lama.

Ali merasa aneh dengan sikap Ann. Tidak biasanya ia banyak pertimbangan ketika diajak berdiskusi. Ali sangat mengerti, bagaimana perkembangan yayasan dan sekolah yang dikelola oma dan Ann berkembang dengan sangat pesat. Menjadi rumah kedua untuk puluhan anak-anak yang membutuhkan. Semakin banyak anak-anak yang tinggal dan belajar di yayasan dan sekolah, semakin banyak pula pekerjaan untuk Ann.

Tapi, mereka juga mempunyai kepentingan pribadi yang harus menjadi prioritas utama. Toh Ali tidak meminta yang berat-berat, hanya ingin Ann diam sementara di rumah, tidak melakukan aktivitas yang menguras banyak tenaganya.

Ali membelai rambut panjang Ann, berusaha kembali menyakinkan.

"Berapa orang lagi yang kamu butuhkan untuk membantu pekerjaan selama kamu meninggalkan sekolah?"

Ann menghela napas. "Nggak semudah itu kak. Apalagi Astrid sedang hamil besar, dia sebentar lagi mungkin akan cuti. Aku tidak akan tenang, sementara yang lain sedang bekerja. Aku santai-santai saja di rumah."

Entah kenapa Ali sedikit tidak suka dengan perkataan Ann. Seolah-olah apa yang akan mereka lakukan bukan sesuatu yang penting untuk istrinya itu.

Ali menurunkan tangannya dari kepala Ann. Raut wajahnya berubah datar, hingga keluar ucapan yang membuat Ann tersinggung.

"Apa kamu sudah tidak menginginkan anak lagi?"

Ann menggeleng kecewa. "Aku menunda permintaan kakak, bukan berarti aku berhenti mengharapkannya. Ini hanya, waktunya tidak tepat."

Ali memalingkan wajahnya, menatap televisi yang bahkan tidak ia perhatikan.

"Lalu kapan?"

Ann menurunkan emosinya, menyentuh lengan Ali pelan. Sedikit tahu, bahwa Ali sedang menahan emosinya di balik suara beratnya.

"Kita kan ada rencana pergi ke mekkah dua bulan lagi, setelah itu aku akan istirahat, melakukan apapun yang kakak mau."

Lihat selengkapnya