Ali kembali melihat wajah pucat Ann pagi ini, ia jadi khawatir karena akan meninggalkannya untuk tugas keluar kota selama dua hari. Ali tidak bisa membatalkan perjalanan dinasnya karena ia sudah mengajukan cuti untuk minggu depan, ia pasti merasa tidak enak kalau harus ijin tidak masuk kerja hari ini.
"Sayang, kamu tidak apa-apa?"
Ann meletakkan gelas minum untuk Ali. "Memang kenapa?"
"Wajah kamu pucat, apa kepala kamu pusing lagi?"
Ann menyentuh wajahnya, ia memang merasa cepat sekali lelah akhir-akhir ini.
"Aku tidak apa-apa, kalau masih pucat nanti siang aku dokter kok," jawab Ann untuk menenangkan suaminya yang selalu mencemaskannya.
Ali mengusap pipi Ann, lalu menghela napas. Mereka pun akhirnya bisa sarapan dengan tenang.
Ali mengantar Ann ke rumah oma sebelum ia berangkat kerja. Ia akan merasa tenang bila Ann ada yang menemani, apalagi istrinya seperti kurang sehat sekarang. Oma sudah berangkat ke yayasan, ketika mereka sampai di villa milik oma tersebut.
"Kamu menginap disini saja ya, biar oma juga tidak perlu datang jauh-jauh ke rumah untuk nengokin."
Ann mengangguk patuh.
Ali sekali lagi menatap Ann, ia benar-benar harus pergi sekarang tapi rasanya berat sekali. Dan Ann sangat paham dengan perasaan suaminya saat ini. Ia menggenggam tangan kanan Ali membawanya untuk menyentuh pipinya.
"Aku akan beristirahat, kakak nggak perlu khawatir lagi. Kalau seperti ini terus aku akan benar-benar sakit lho."
Kedua mata Ali membesar. "Jangan sembarangan Anna."
"Makanya jangan memikirkan hal-hal aneh lagi tentang aku ya. Insyaallah, aku akan baik-baik saja."
Ali mengangkat tangan kirinya untuk menangkup wajah mungil itu dengan kedua tangannya.
"Baiklah, tapi janji kamu harus istirahat dan pergi ke dokter."
Ann mengangguk. "Insyaallah."
Ali tersenyum. "Baiklah, aku pergi dulu ya."
Ann memejamkan mata ketika sebuah kecupan mendarat di keningnya.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Setelah Ali tidak lagi ada dalam pandangannya, Ann duduk di sofa, ia kembali merasakan dadanya yang sesak. Ann mengatur nafasnya sebentar sebelum menuju dapur untuk mengambil minum.
Ann merasa sudah membaik karena telah beristirahat cukup lama, setelah sholat dzuhur ia merasa bosan lalu memutuskan untuk menghubungi Astrid.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam, Ann ..."
Ann mengernyit mendengar nada suara Astrid yang terdengar cemas.
"Astrid, ada apa?"