Keyla dan Asyifa datang bersamaan mengunjungi Ann di rumahnya. Tidak lama, menyusul Astrid yang belum bisa mengatakan apa-apa pada Keyla dan Asyifa tentang penyakit Ann.
Asyifa meletakkan oleh-oleh makanan dari jawa di meja makan, ada bakpia, salak dan makanan ringan lainnya. Keyla segera mengambil satu bungkus untuk dibukanya dan mencobanya. Ann hanya terkekeh dengan nafsu makan Keyla yang besar. "Bagaimana kabar adiknya Malika?" tanyanya.
Keyla memegang perutnya."Alhamdulillah, kehamilan sekarang kayaknya beda dengan waktu Malika dulu."
"Syukurlah, kasihan Malika juga kalau mamanya ngidam aneh-aneh." Asyifa menuangkan air putih ke dalam empat gelas yang berada di atas meja makan.
Ann senang mereka berempat bisa kembali berkumpul dan mengobrol, ia merindukan saat-saat dirinya baru pertama kali masuk pesantren. Dan Asyifa tidak pernah berubah, tetap hangat dan lembut. Ia menjalani hidupnya dengan penuh kebahagiaan bersama Fathir dan kedua anaknya. Kadang Ann merasa iri dengan Astrid, Keyla dan Asyifa, mereka seperti tidak pernah mempunyai beban yang berat seperti dirinya. Tapi ia tidak pernah menunjukkannya, karena Ann selalu bersyukur dengan kehidupannya bersama Ali. Yang ia anggap semua yang dialaminya hanya ujian karena Allah sangat menyayanginya. Dan karena ia tahu, dirinya lebih kuat dari ketiga sahabatnya itu.
"Kenapa kalian tidak mengajak anak-anak? Aku kangen sama mereka."
"Repot Ann kalau tidak ada suami, kita nggak bakal punya girl time kayak gini kalau ada bocah-bocah."
Astrid tertawa dengan celoteh Keyla, "Lo bener juga, kita bakal nggak bisa ngobrol kayak gini kalau ada mereka. Yang ada kita sibuk kesana kemari ngurusin bocah yang nggak bisa diam."
Asyifa ikut tersenyum, "Biarkan para suami jadi baby sister untuk sementara."
"Mereka pasti senang berada di yayasan, karena banyak teman sebaya yang bisa diajak main," sahut Astrid.
Sebelum Astrid, Keyla dan Asyifa datang ke rumah Ann, mereka mengunjungi yayasan bersama suami masing-masing. Karena anak-anak tidak mau diajak ke rumah Ann, para suami terpaksa yang menjaga anak-anak.
Asyifa melihat wajah Ann memang terlihat pucat tapi ia senang Ann sudah bisa tersenyum lebar dengan obrolan mereka.
"Jadi sebenarnya kamu kenapa Ann? Jangan-jangan kamu sedang ...?"
Ann menggeleng sebelum Asyifa menyelesaikan ucapannya, ia tahu kemana arah pembicaraan itu. Dan Ann tidak mau harapan itu terus mengganggu pikirannya saat ini. Ia sudah tidak lagi memikirkan tentang anak, ada yang lebih penting untuk segera ia lakukan saat ini.
Astrid membiarkan Ann untuk bicara yang sebenarnya kepada Keyla dan Asyifa, setidaknya Ann harus berbagi kepada sahabatnya untuk setidaknya meringankan sedikit beban, yang ia tahu tidak akan mengubah apapun dari apa yang sedang terjadi pada dirinya.
"Bukan kak, bukan itu. Aku hanya kelelahan karena selama ini tidak pernah memperhatikan waktu istirahatku."