MENCARI SURGA 2

memia
Chapter #23

KEPUTUSAN

Keadaan Ann kembali memburuk, hari ini ia kembali memasuki meja operasi. Untuk mengeluarkan cairan yang memenuhi paru-parunya yang membuatnya sulit untuk bernapas. 

Tidak ada yang bisa dilakukan oleh orang-orang terdekatnya, selain berdoa dan memberi dukungan kepada Ali.

Ali, Oma, Keyla dan Rian menunggu di depan ruang operasi, duduk dengan perasaan cemas.

"Apa Ann sudah menceritakan tentang keinginannya kepada ustad?" Oma menyentuh lengan Ali yang duduk di sebelahnya.

Ali menoleh ke arah oma, mengerti dengan yang ditanyakan wanita itu. Ia mengangguk pelan, tidak ingin membahas apapun saat ini. 

Keyla yang juga duduk di samping oma, melirik ke arah pria yang wajahnya terlihat tidak bergairah. Hanya menunduk dengan bibirnya yang terus mengucap doa.

"Apa kamu sudah memikirkannya?" tanya oma lagi membuat Ali menaruh perhatian padanya.

Ali menghembuskan napas, "Aku, tidak ingin membicarakannya."

"Tapi kita harus ustad," Oma menatap sedih dengan sepasang matanya yang dihiasi keriput halus.

Ali menunduk, menggenggam kedua tangannya.

"Aku ... tidak bisa, oma."

Oma menghela napas, menahan sesak di dadanya.

Keyla sebenarnya tidak ingin menyetujui rencana Ann untuk mencari calon istri untuk Ali. Tapi melihat kondisinya yang semakin menurun, ia tidak bisa melihat sahabatnya itu terus tertekan karena akan pergi tanpa ada yang bisa mengurus dan menemani suaminya. 

Keyla tidak ingin kehilangan Ann. Tapi ia bisa apa, bila Tuhan sudah berkehendak lain. Dan ternyata Ann harus kalah dari penyakitnya. Menunggu operasi selesai, seperti menguliti hatinya perlahan-lahan. Keyla menahan tubuhnya yang mulai bergetar. Rian yang melihatnya lalu memeluk bahunya dengan erat. 

"Ann hanya tidak ingin ustad sendirian setelah kepergiannya," suara oma tercekat, merasakan seperti yang dialami Keyla ketika dadanya terasa sesak lagi.

Ali terdiam, merasakan gejolak itu datang lagi. Bimbang, cemas dan marah. 

Ketika Keyla mengeluarkan suaranya, dengan seluruh perasaan sakitnya, "Ann sedang sekarat, tidak bisakah kita mengabulkan permintaan terakhirnya?"  

Yang membuat kepala Ali semakin berat, dengan hati yang tercabik-cabik, ia berusaha menarik udara di sekitar ruangan yang seolah lenyap dan dan membuat sesak.

Ketika pintu ruang operasi terbuka, tidak ada lagi yang bisa ditanyakan melihat raut wajah dokter Ridwan yang dapat dibaca oleh mereka yang menunggu. Bahwa pria ini telah berusaha membuat keadaan Ann membaik. 

Lihat selengkapnya