MENCARI SURGA 2

memia
Chapter #24

WANITA PILIHAN

Satu minggu Ann menginap di rumah sakit pasca operasi terakhirnya, ia tidak betah dan ingin pulang. Akhirnya segala perawatan Ann dipindahkan ke rumah.

Kiai Hasan, Umi, Asyifa dan Fathir datang menengok.

Setelah melihat keadaan Ann, Kiai Hasan mengajak Ali untuk berbicara berdua di halaman belakang rumah.

"Akan selalu ada hasil yang baik, jika kita mau berusaha. Begitu juga dengan Ann, kalau kalian berjuang bersama, insya Alloh akan ada pertolongan Tuhan," Kiai hanya mencoba menghibur, karena ia sendiri tidak tahu sampai kapan Ann dapat menghirup udara dengan penyakit yang semakin menguasai pelan-pelan tubuhnya.

Ali menghela napas panjang, "Tidak seharusnya Ann memintaku untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa aku penuhi. Ini sangat menyakitkan Kiai."

"Kita juga seharusnya bisa memahami, Ann lebih sakit ketika harus meminta suaminya sendiri untuk menikah lagi. Tapi ia memang sudah mempersiapkan semuanya. Ia sadar, disaat penyakitnya semakin melemahkan tubuhnya. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain mencari pengganti dirinya untuk mengurus kamu."

Ali menumpu keningnya dengan kedua tangannya. 

"Kamu suami yang hebat Li, apapun keadaannya nanti. Cinta kalian tidak akan tergantikan dengan apapun." Kiai merangkul bahunya, memberikan kekuatan dengan sebaris doa yang selalu ia kirim untuk Ali.

Ali menangis dalam diamnya, tapi tetes air mata tetap lolos dari matanya. Ia akan menghadapinya dan menerima keadaan saat ini. Ia pasrah dan tetap akan mendampingi istrinya apapun keadaannya nanti. Saat ini ia tidak ingin memikirkan keputusan yang sudah diambilnya. Demi Ann, agar istrinya itu tetap mau berjuang untuk melawan penyakitnya, ia akan mencoba untuk menerima semua keinginannya.

.

Asyifa masih bersama Ann di dalam kamar, ia ingin berlama-lama untuk menghiburnya. Karena Asyifa tidak bisa setiap saat berada bersama Ann. 

Ia sudah tahu tentang Ali yang akhirnya mau mengikuti permintaan Ann untuk menikah lagi. Tapi Asyifa menangkap sesuatu yang muram dari wajahnya. 

Ann memang terlihat berseri karena kedatangan Kiai, Umi, Fathir dan Asyifa. Tapi matanya yang sendu menyimpan gelisah dan rasa sakit. Bukan karena penyakitnya, tapi perasaannya.

"Kamu terlihat lebih segar Ann," bohongnya.

Ann tersenyum, sedikit memperbaiki duduknya yang bersandar pada bantal di belakang punggungnya, "Aku senang karena Kiai, umi, kak Syifa dan kak Fathir datang."

"Syukurlah, semoga kedepannya akan seperti ini. Kamu akan kembali sehat Ann."

Ann mengangguk, ia menangkap raut wajah Asyifa yang berubah.

"Kamu yakin, tidak akan menarik kembali permintaan kamu pada Ali, Ann?" 

Ann menghela napas. "Tidak kak, aku sudah memikirkannya berulang kali. Kak Ali membutuhkan seseorang untuk mendampinginya selain aku. Mungkin aku tidak akan bisa lagi, selalu melayani dan melakukan kewajiban seorang istri. Aku tidak ingin kak Ali tidak terurus, dari makannya, dari pakaiannya dan ... "

"Tapi seseorang itu tidak akan bisa mengisi hatinya. Dan itu akan menyakiti Ali maupun wanita pilihan kamu nanti, Ann."

Ann menunduk, masih mencoba membenarkan apa yang dilakukannya demi kebaikan semua orang, "Perlahan, cinta itu akan hadir diantara mereka."

Asyifa hanya menggeleng, ia tahu Ann sedang membohongi dirinya sendiri, menyakiti dirinya sendiri. Ia tidak ingin memperpanjang pembicaraan mereka, yang ia tahu tidak akan menemukan solusinya. Maka Asyifa mengambil ponselnya, untuk menunjukkan sesuatu kepada Ann.

"Fadli dan teman-temannya membuat video untuk kamu lihat, katanya mereka selalu mendoakan bu Anna agar cepat sembuh."

Ann terenyuh, ia kemudian melihat video itu dengan perasaan rindu kepada anak-anak yang ada di sekolah dan yayasan. Senyumnya mengembang dengan kepolosan anak-anak yang berdoa untuk dirinya.

Lihat selengkapnya