MENCARI SURGA 2

memia
Chapter #29

SEBUAH AKHIR

Ali mengusap wajahnya perlahan, ketika rasa kantuk menyerangnya lagi. Matanya sembab, wajahnya lusuh dan pikirannya seakan berada di tempat lain. Teringat dengan ucapan dokter Ridwan, untuk menguatkan hatinya bahwa tidak ada lagi harapan untuk Ann. Membuatnya kembali tenggelam dalam isakan kecil.

Dokter Ridwan pasti salah, Ann masih bersamanya, Ali masih bisa melihatnya meskipun hanya terbaring tak berdaya. Istrinya tidak akan pergi dari sisinya, Ann wanita yang kuat, ia akan terus bertahan dan berjuang. Ali kemudian menegakkan punggungnya, melihat wanita itu masih ada. Ann hanya sedang tidur, tidur yang lama. Dan Ali akan terus menemaninya sampai Ann bangun.

Tiba-tiba sepasang mata cantik itu terbuka secara perlahan, membuat dada Ali terasa bergemuruh. Ia segera mendekati wajah pucat itu dengan perasaan senang karena akhirnya Ann sadar setelah tiga hari hanya terbaring lemah.

"Alhamdulillah, Ann ..."

Ann mengerjap perlahan, pandangannya yang kabur terurai perlahan ketika wajah Ali menyapa sadarnya. Ia melayangkan segaris senyum dengan bibirnya yang berusaha mengatakan sesuatu, "Aku ... hanya, ingin ... pamit."

Ali membesarkan matanya, "Apa maksud kamu?" 

Kedua mata Ann kembali mengerjap pelan, ia merasakan sentuhan lembut di pipinya. Perasaannya sedikit gundah akan mimpi yang menemaninya selama ia tidak sadar. Apakah hal itu pertanda, bahwa saat ini adalah waktu untuk dirinya meninggalkan dunia ini. Meninggalkan teman hidupnya untuk selamanya.

Ia menatap lama laki-laki yang sudah menjadi separuh jiwanya itu. Ali akan selalu menawan dalam pandangannya. Kedua mata teduhnya yang selalu meluluhkan kekerasan hatinya akan selalu menjadi tatapan yang akan dirindukannya. Suaminya itu begitu sempurna, bisakah Ann meninggalkannya. Sementara rasa sakit di tubuhnya semakin menyerang dengan sangat ganas. 

Ann tidak bisa lagi menahan rasa sakit ini, dan juga tidak ingin lebih lama, membuat Ali ikut tersiksa dengan penyakitnya ini. Hingga akhirnya, wanita ini ikhlas bila Tuhan memanggilnya saat ini juga, "Sudah ... waktunya, aku ... pergi."

Ali menggeleng cepat, ia mengira dengan sadarnya Ann akan membawa berita baik. Rahangnya mengeras, dadanya penuh sesak, "Jangan mengatakan apapun, aku akan memanggil dokter Ridwan."

"Kak," tatapan sepasang mata Ann begitu lembut, merasuk kedalam perasaan Ali yang sedang panik dan gelisah dengan ucapan Ann yang tiba-tiba.

Lihat selengkapnya