Asyifa tersenyum melihat Ann yang telah berganti pakaian, memakai kerudung, kemeja dan rok panjang seragam pesantren putri. Disampingnya ada teman sekamar Ann, Sita yang juga ikut tersenyum setelah sebelumnya merasa kaget ada santri baru dengan dandanan bule datang ke kamarnya.
"Setelah sholat ashar ada pengajian di aula asrama putri bersama Umi. Sekarang kita kembali menemui Abi dan pak Radit di kantor. Sita kamu nanti bantu Ann untuk beradaptasi disini ya?" Asyifa menoleh pada Sita.
"Siap kak."
Wajah masam Ann masih belum berubah, meskipun Sita sudah tersenyum tulus padanya. Ann masih kesal sama papanya, makanya ia diam saja dari tadi.
Kiai Hasan dan Radit baru saja sampai di kantor kembali, ketika Ann dan Asyifa sampai di tempat para pengajar itu.
Radit tersenyum kagum melihat Ann dengan penampilan barunya, meskipun wajahnya masih jutek, putrinya itu terlihat manis dalam balutan seragam pesantren.
"Saya harus kembali ke Jakarta Kiai, terimakasih sekali lagi mau menampung anak saya disini."
Kiai Hasan mengangguk. "Jangan khawatir Ann akan baik-baik saja disini, hati-hati dijalan."
Radit menyalami Kiai, lalu menatap Ann.
"Minggu depan papa kesini lagi, kamu belajar yang rajin ya."
Ann merasa seperti akan ditinggal selamanya sama papanya.
"Pa." rengeknya pelan. "Papa tega banget ninggalin Ann."
Radit mengelus kepalanya. "Ckk, udah gede masa masih kayak gini. Udah ya, dengerin apa yang dikatakan Kiai dan pengajar-pengajar disini ya."
Radit kemudian melangkah menuju mobilnya, dengan Ann yang berdiri masih dengan bibir mengerucutnya.
Di dalam mobilnya, radit menghela napas panjang. Semoga apa yang dilakukannya untuk Ann bisa merubahnya menjadi lebih baik. Ia tahu Ann masih kesal padanya, dan juga mungkin masih merasa bingung berada di tempat yang tidak biasa ia lihat.
Melihat kepergian papanya, Ann hanya mengomel dalam hati betapa ia ingin segera kabur dari tempat itu dan menemui dua temannya yang pasti sudah menunggunya.
Asyifa melirik Ann, ia paham apa yang terjadi dengan gadis ini. Hatinya mungkin masih belum menerima kenyataan bahwa dia akan tinggal di tempat ini untuk waktu yang lama.
"Sebentar lagi sholat ashar, Abah mau ke masjid dulu."
Asyifa mengangguk dengan ucapan kiai Hasan. Gadis manis ini lalu menyentuh bahunya Ann, untuk mengajaknya mengobrol agar gadis itu merasa nyaman disini.
"Ayo kita bersiap untuk sholat ashar berjamaah."