Lagi-lagi Ann merasa bosan duduk di kelasnya, ia tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar Tauhid di depan. Ia sibuk berkirim pesan dengan Keyla dan Astrid, mengirim lokasi keberadaannya, dan rencana bolos keduanya hari ini.
Keyla dan Astrid memang tidak bisa hidup tanpa Ann, makanya mereka berdua memutuskan untuk daftar kuliah di bandung agar tetap bisa bertemu dan hangout sama Ann. Dan hari ini, mereka akan melakukan administrasi ulang di universitas yang mereka pilih sekalian mencari kosan atau kontrakan untuk mereka tinggal selama kuliah di Kota kembang ini.
Ann menggerak-gerakkan kakinya bosan. Menggigit-gigit bibirnya, sudah dua hari ia tidak bertemu dengan rokok dan sepertinya mulutnya hambar kalau dia tidak menghisap nikotin dari benda itu.
"Satu jam lagi gue sampai di tempat lo."
Ann tersenyum senang, lalu membalas pesan Astrid. "Oke."
Mungkin hari ini Ann tidak akan bolos, sepertinya ia akan mengikuti kelas sampai selesai, karena beberapa menit lagi kelas berakhir.
Setelah gurunya benar-benar keluar dari kelasnya, Ann berdiri.
"Sit, gue mau ke kamar dulu. Buku gue ketinggalan."
Sita hanya mengangguk dengan polos tanpa menaruh curiga sedikit pun.
Ann segera keluar sebelum guru pelajaran berikutnya datang. Ia mengendap-ngendap menuju belakang kantin. Keadaan di luar masih sepi karena masih jam belajar, memudahkan Ann untuk berlari menuju area persawahan. Setelah melihat mobil pick up di depannya, ia melihat-lihat sekitar takut ada yang melihatnya. Setelah dirasa aman, ia kemudian naik ke belakang mobil yang terbuka, menyibak terpal dan bersembunyi di dalamnya bersama karung-karung yang berisi sayur-sayuran.
...
Kiai Hasan dan Ali berjalan beriringan ke arah kantin.
"Oh ya, jangan lupa mampir di kiosnya Haji Tatang buat nganterin sawi putih yang kurang. Semuanya udah disiapin sama mang Asep, kamu tinggal bawa saja."
Ali mengangguk, Soleh tiba-tiba datang menyusul keduanya.
"Kamu pasti bolos ya, jam segini udah keluar kelas?" Tegur Kiai Hasan.
"Pa Kiai lupa ya kak Syifa kan lagi nganter Umi ke dokter, jadi nggak ada kelas ka Syifa hari ini." sahut Soleh senang, bahagia karena bisa ikut lagi kepasar sama Ali. Remaja ini selalu nempel dengan Ali. Bahkan sudah menganggap Ali sebagai kakaknya sendiri.
Kiai Hasan hanya menggeleng. "Bukan berarti kamu nggak bisa belajar sendiri kan di kelas?"
Ali tersenyum geli melihat Soleh yang salah tingkah.
"Di kelas berisik kiai jadi saya tidak fokus belajarnya, ya seperti itu hehe."
"Bisa aja kamu, ya udah sana bantuin Ali jangan ngerepotin."
"Iya Kiai." Soleh membungkuk senang.
"Saya pergi Kiai, Assalamu'alaikum." ucap Ali sopan.
"Wa'alaikum salam." Kiai hasan hanya geleng-geleng kepala melihat Soleh yang sudah berlari ke arah mobil pic up yang terparkir di pinggir jalan yang membelah perkebunan dan sawah-sawah miliknya. Seperti remaja yang senang ketika diajak piknik oleh orangtuanya. Mungkin hal itu tidak akan pernah terjadi, karena Soleh sama dengan Ali, sudah tidak mempunyai orangtua.
"Kamu belum bayar hutang menghafal juz dua puluh lho." Kata Ali begitu mereka sudah berada didalam mobil.
"Udah hafal kok kak." Sahut Soleh percaya diri.
Ali mengangguk."Kamu udah makan?" Tanyanya.