MENCARI SURGA

memia
Chapter #12

RENCANA


Sudah kebiasaan Sita bangun di pertiga malam untuk melaksanakan sholat tahajud. Ia sedikit kaget mendapatkan Ann tidur di meja belajarnya dengan pulpen masih di terselip di jarinya.

Dengan bingung Sita menghampiri Ann dan mengintip halaman bukunya yang tertindih pipi gembulnya. Sita gemes sendiri melihat wajah Ann yang terlelap di atas bukunya. Sita membaca tulisan arab dan latin di halaman itu.

Dahinya mengerut dengan apa yang dilakukan Ann. Apapun itu, ini adalah hal yang baik karena Ann mau belajar menulis tulisan arab dari surat Al-Fatihah. Mungkin Ann sudah mau belajar yang serius di pesantren ini.

Sita kemudian membangunkan Ann dengan lembut untuk pindah ke kasurnya, karena lehernya pasti pegal tidur dengan posisi seperti itu. Dengan mata masih terpejam, Ann bangun lalu meraba-raba kasurnya dan berbaring untuk melanjutkan tidurnya.

Sita sendiri lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

.


Di ruang guru, para staf pengajar dan pengurus pesantren sedang mendiskusikan tentang salah satu santri, David, yang membuat orang-orang menahan napas dengan kelakuannya selama dia menjadi santri di pesantren Al-Hidayah.

"Apakah kita harus mengembalikan anak itu pada kedua orangtuanya? Melihat tidak ada perkembangan yang baik dari pertama dia masuk ke sini." ucap Ustad Gofur.

Kiai hasan menarik napasnya. "Kita seperti gagal bertanggung jawab pada orangtuanya kalau kita melakukannya."

"Tapi David sudah keterlaluan. Sikapnya tidak bisa ditoleransi lagi abah." Asyifa ikut berujar.

Umi Aisyah memegang lengan Kiai Hasan yang duduk di sebelahnya.

"Kita memang berkewajiban untuk saling mengingatkan dan mengarahkannya ke jalan yang lebih baik. Umi takut dia membawa pengaruh buruk pada santri-santri disini, terutama Ann."

Ali mendengarkan, tetap duduk tenang di kursinya.

Kiai Hasan menghela napas lagi. "Kita kasih David waktu sebulan lagi, kalau dia masih juga belum berubah kita akan menghubungi orangtuanya."

Ustad Gofur dan tiga pengajar lainnya mengangguk, menyetujui usulan Kiai Hasan.

"Asyifa kamu bisa kan lebih memperhatikan Ann? Anak itu sebenarnya baik dia hanya masih keras kepala."

Asyifa mengangguk. "Tentu abah, Syifa bisa kok."

Kiai Hasan kemudian beralih menatap Ali. "Dan Ali, saya ingin kamu mengawasi David lebih ketat lagi."

"Baik Kiai."

Setelah rapat selesai, guru-guru kembali mengajar.

Asyifa dan Ali berjalan beriringan menuju perpustakaan untuk mengembalikan beberapa buku.

Lihat selengkapnya