Sudah hampir dua bulan Ann berada di pesantren Al-Hidayah, tapi jiwanya masih kosong. Kekerasan hati dan pikirannya masih mengontrol perasaannya sampai saat ini. Sehingga apapun yang diberikan pihak pesantren masih belum bisa menyentuhnya. Fikir Ann, sia-sia papanya mengirim ia ke tempat ini. Hanya menambah tekanan jiwa dan raganya saja.
Ann mendengus bosan, setelah sholat dzuhur tidak ada lagi kelas karena guru yang mengajar ilmu Fikih tidak datang karena suatu alasan. Ia hanya berdiam saja sendiri di kamar, Sita sedang di perpustakaan. Kedua sahabatnya juga tidak kabar beritanya, mungkin mereka sedang sibuk dengan kuliahnya. Memikirkan itu, membuat Ann iri dengan Astrid dan Keyla yang masih bisa bergaul di luaran sana. Ia membuka bungkus rokok dari laci lemarinya, kosong.
Maka dengan sedikit memaksa ia menyeret langkahnya keluar kamar menuju belakang pesantren. Memperhatikan beberapa petani yang masih berada di di perkebunan itu. Matanya menangkap seseorang yang sedang berada di kebun wortel.
Ali terlihat sedang mengaduk-ngaduk tanah dengan cangkul agar tanah menjadi gembur dan subur untuk bisa ditanami lagi.
Ann mendekat, lalu memperhatikan pemuda itu dari jarak lima meter. Matanya hampir tidak berkedip ketika dengan sadar Ann melihat sesuatu yang berbeda dari Ali. Meskipun terik matahari masih menyengat, Ali seperti sebuah mata air di tengah-tengah padang pasir yang panas. Sejuk-sejuk menyenangkan.
Merasa ada yang memperhatikan, Ali menoleh ke arah Ann dan membuat gadis itu sedikit gelagapan karena kepergok sedang memperhatikannya.
Ann memalingkan wajahnya, kembali dengan wajah jutek dan datar.
"Daripada bengong di situ, bisa minta tolong bawa keranjang itu kesini?." Seru Ali.
Ann melirik benda di sampingnya dengan ekor matanya. Dengan terpaksa Ann menenteng keranjang yang berisi bibit wortel itu ke hadapan Ali.
"Terimakasih."
Tidak ada sahutan dari Ann.
"Kamu mau sekalian bantuin menanamnya nggak?"
Mata Ann membola, main-main tanah maksudnya gitu.
"Gampang kok, kamu tinggal masukin ini ke tanah." Tanpa melihat ekspresi Ann, Ali memperlihatkan cara menanam sayuran berwarna orange itu.
Ann yang sedang mencari ketenangan dan bermaksud duduk-duduk santai di saung sawah yang biasa ia datangi. Kenapa malah dimintain menanam wortel kayak petani di sekitar mereka sih.
Ali masih menunggu dengan menyodorkan beberapa umbi wortel untuk Ann.
Gadis ini menghela napas, baiklah lagipula ia tidak ada kerjaan. Tidak ada salahnya membantu pemuda di depannya itu. Dengan sedikit kasar ia menarik benda yang masih ada ditangan Ali. Kemudian berjalan lalu mulai menanam tunas-tunas itu satu-satu.