Ann terburu-buru memakai jaket hoodinya, notif pesan berbunyi dari Astrid, memberitahu bahwa dia dan Keyla sudah sampai di depan pintu gerbang. Sita yang dari tadi memperhatikan Ann hanya diam tidak berani bicara ataupun bertanya mau kemana Ann di jam delapan malam seperti ini. Wajah Ann tidak berubah setelah ia keluar dari kamar mandi tadi sore. Tegang dan tidak bersahabat.
Tanpa mengucapkan apa-apa, Ann keluar dari kamar.
Ali baru saja keluar dari masjid ketika ia melihat Ann berjalan cepat ke arah pintu gerbang. Perasaan bersalah yang dari tadi mengendap di dadanya membuatnya tidak membuang waktu untuk segera menyusul Ann.
"Ann tunggu!"
Gadis dengan tatapan datar itu terus berjalan tanpa menghiraukan seruan Ali. Ketika pak satpam yang sedang berada di posnya tidak sempat mencegah Ann membuka pintu gerbang, Ali hampir saja memegang lengan Ann tanpa sadar untuk mencegahnya agar tidak keluar dari pesantren.
"Saya minta maaf, Ann... "
Ann sudah hampir mencapai mobil Astrid, ia masih mendengar ucapan Ali dari belakang.
"Ann jangan pergi!" Ali sedikit mempercepat langkahnya, tapi Ann sudah masuk ke dalam mobil dan menyuruh Astrid segera membawanya pergi dari tempat itu.
Ali terengah, membiarkan sedan putih itu pergi dengan rasa cemas yang tiba-tiba datang.
Ali kembali ke dalam dengan pikirannya yang kusut, Ann kembali kabur dari pesantren tapi entah kenapa ada kekhawatiran dengan kaburnya gadis itu kali ini. Kiai Hasan yang baru keluar dari ruang guru, melihatnya dengan heran.
"Kamu kenapa Ali?"
Ali mengangkat wajahnya. "Tidak apa-apa kiai."
"Ya udah kalau gitu, ayo berangkat agar tidak kemalaman nanti pulangnya."
Ali mengangguk, lalu mengikuti Kiai mengambil mobil di parkiran.
Kalau saja ia tidak ada keperluan dengan Kiai Hasan, untuk mengantarnya ke dokter, Ali pasti akan mengikuti Ann memastikan bahwa perasaan was-wasnya hanya perasaan bersalahnya saja karena ucapannya tadi siang pada gadis itu.
.
"Jelek banget muka lo." Astrid meletakkan sebotol bir di meja mereka, lalu duduk di sebelah Ann.
"Gue nggak mau tahu, bokap setuju atau nggak gue harus keluar dari pesantren. "
Keyla melirik Ann yang sedang menghisap rokoknya.
"Lo kan emang nggak suka belajar disana."
Ann menegak birnya. "Kesel gue sama dia, bikin emosi aja."
"Siapa? Cowok yang tadi nyusulin lo?" sahut Keyla.
"Bukannya dia juga yang ngejar lo waktu di pasar itu ya?" Astrid cekikikan sendiri, membuat Ann berdecak kesal.
"Kenapa emangnya dia?"
"Tau ah, malas gue ngomongin dia." Dengan sekali tegukan Ann menghabiskan bir di tangannya.